Sabtu, 20 Oktober 2012

RASULULLAH MUHAMMAD SAW SEBAGAI WIRAUSAHAWAN


  Tak dipungkiri lagi, Rasulullah Muhammad SAW adalah pembawa risalah Islam yang sepanjang hidupnya lebih lama menjadi wirausahawan daripada menjadi seorang Nabi. Sejak usia 8 tahun hingga usia 40 tahun menjadi wirausahawan, sekitar 32 tahun lamanya. Sejak wahyu pertama turun di gua Hira, sejak itu pelantikan Rasulullah Muhammad SAW resmi menjadi nabi. Usia 40 tahun hingga akhir hidupnya di usia 63 tahun, beliau mendedikasikan diri sebagai penyampai wahyu yang diterimanya. 23 tahun masa jabatannya sebagai pembawa risalah kenabian, penutup para Nabi. Dari sini kita tahu bahwa Rasulullah lebih lama masa menjadi wirausahawan daripada Nabi. Secara tersirat, dengan menjadi wirausahawan maka akan melatih jiwa kepemimpinan yang nantinya amat berpengaruh dalam perjalanan risalah dakwahnya.
    Diakui dunia lewat buku Michael Hart tentang 100 tokoh paling berpengaruh di dunia, Rasulullah Muhammad SAW mendapatkan posisi pertama. Dari sejarah kehidupan Rasulullah Muhammad SAW yang sarat nilai keteladanan kita sebagai pengikutnya pun punya kesempatan untuk mengikuti jejak kehidupannya. Diantara para Nabi dan Rasul yang Allah utus, mukjizat yang paling manusiawi adalah Rasulullah Muhammad SAW. Sebab kita masih memungkinkan untuk melakukannya. Salah satunya berwirausaha, nilai yang secara jelas tampak dari betapa pentingnya seorang muslim memiliki ma’isyah –penghasilan yang akan  membuat dia menjadi memiliki muru’ah-kehormatan.
    Hikmah di balik berwirausaha ini sangatlah banyak. Beberapa diantaranya adalah yang pernah menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam dengan media perdagangan. Dari buku Ahmad Mansur Suryanegara yang berjudul Api Sejarah, Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia kita dapat mengamati bahwa pasar menjadi sarana dakwah efektif. Pasar yang identik dengan tempat bertransaksi jual dan beli menjadi sarana ideologisasi nilai-nilai Islam.
    Ketika seorang pemuda terbentuk untuk menjadi seorang wirausahawan, dia akan memiliki nilai lebih bila dibandingkan yang hanya orientasi sebagai pekerja. Sebab ia akan dituntut berjiwa pemimpin dalam keadaan apapun. Sebuah kutipan dari anonym, “lebih baik menjadi kepala ikan kecil daripada ekor ikan besar”. Kemunduran ummat Islam kini, bisa jadi disebabkan karena pola pendidikan formal dan keluarga kita akan lebih menghargai seseorang yang bekerja di perusahaan tertentu. Jarang ada yang berani mengambil tantangan sebagai wirausahawan yang memang akan lebih banyak resiko.
    Dengan kuatnya perekonomian ummat Islam maka izzah-kemuliaan Islam akan kembali pada masa kejayaan. Ranah dakwah Islam kini lebih tertuju pada ibadah ritual saja. Padahal pertanian adalah salah satu kebudayaan Islam tertua, perdagangan adalah media dakwah efektif, pendidikan merupakan pondasi peradaban suatu bangsa, jadi Islam yang rahmatan lil a’alamin akan tampak dari keuniversalannya ajarannya.
    Semakin kita meninggalkan ajaran asli Islam yang mencakup semua aspek kehidupan, semakin jauh kita dari arti kemuliaan itu sendiri. Islam bukanlah ajaran yang memasung kreatifitas ummatnya. Kita memiliki banyak teladan wirausahawan sukses yang tetap memiliki idealisme terhadap keyakinan Islamnya. Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar Ash Shiddiq, Usman binAffan, Abu Hanifah dan masih banyak tokoh Islam lain yang mendapat nilai lebih dari berwirausaha. Sukses dunia pun akhirat.
    Walau pola pendidikan formal kita cenderung mencetak generasi siap kerja, kita tetap menegakkan kembali pondasi kesejahteraan ummat di bidang ekonomi. Seperti pernyataan yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib, “kefakiran mendekati kekafiran”. Kefakiran ini tidak sebatas materi, melainkan ilmu.  Dan ummat kita kini banyak fakir materi dan juga ilmu. Menjadikan Islam sebagai ilmu, seperti yang pernah dibukukan oleh Kuntowijoyo. Mampu mengintegralkan nilai-nilai Islam dalam keseharian.
    Berwirausaha menjadikan lapangan kerja tak akan pernah habis, hal ini sejalan dengan prinsip ekonomi kerakyatan yang diusung oleh HOS Tjokroaminoto dalam Sjarekat Islam-nya menjadi mudah terealisasikan. Peredaran ekonomi tidak hanya pada sekelompok pemodal saja. Tak lupa juga sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki amanah konstitusi dalam UUD 1945 terdapat poin penting dalam pengembangan perekonomian. Pada pasal 33 disebutkan, “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan…” nilai yang disampaikan dalam pasal ini adalah bagaimana kiat dapat saling membantu dalam kebaikan. Menjadikan diri sebagai wirausahawan pun dapat menjadi lahan saling tolong-menolong dalam kebaikan.

    Semoga kita mampu menjadikan diri sebagai bagian dari pemuda pengusaha yang meneladani nilai kehidupan Rasulluh Muhammad SAW. Sebuah goresan untuk menjadi karya bermakna lebih. goresan biru untuk para pahlawan keluarga dengan semangat memperbaiki kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar