Kamis, 18 Oktober 2012

demi cinta yang tak pernah ku sesali

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin
    Kalimat ini dikutip dari anonymous, dipopulerkan dalam film Jepang “Zatoichi”. Maknanya amat dalam. Bila merenungkan bagaimana perjalanan ini. Jalan ini ku sebut sebagai perjalanan ikhlas, ketika keputusan telah diambil Pengatur Hidup. Usaha dan doa yang beriring hanya pelengkap tugas kemanusiaan kita. Kita diatur dalam mozaik puzzle yang kita pilih. Terkadang tawa, terkadang tangis. Semua adalah tanda bahwa kita masih hidup. Di bawah genggaman Pengatur Hidup semua bermakna baik. Hanya di mata manusia penilaian baik dan buruk itu berlaku.  Layaknya daun, saat telah usai menghijau harus rela diterbangkan angin. Menuju tempat selanjutnya yang jelas lebih pantas. Mengurai diri dengan tanah untuk menyuburkan.  Angin hanya menjalankan titah Pengatur Hidup, tak lebih. Walau daun akan retak berdarah karena hempasan angin yang menghampirinya. Perjalanan ikhlas adalah jalan yang berujung hingga tugas kita sebagai pengelola  bumi dan hambaNya telah tuntas. Dengan segala kekurangan yang terlingkar dalam laku selama ini. Daun pun akan terhempas bila tugasnya telah tuntas. Maha Pengatur lebih memahami kapasitas kita, kemampuan kita. Hanya ikhlas menjalani proses yang menjadikan kita luar biasa. Tanpa ikhlas, proses ini akan kering tanpa makna. Letih.. tentu. Karena kebaikan yang kita terima sebanding dengan keletihan kita. Tanpa tahu rasa letih, tak bermakna nikmat istirahat. Dan hidup kita adalah keletihan untuk istirahat panjang di jannah. Bila hidup kita istirahat, jelas sudah keletihan di nar (na’uzubillah). Setiap diri kita memiliki jalannya masing-masing yang akan dipertanggungjawabkan pada Pemberi Hidup. Kita hanya bisa memilih pilihan terbaik. Jalani dengan ikhlas. Bukannya angin yang kita persalahkan, tapi kita yang masih kurang tepat memilih. Jika apa yang kita inginkan belum terpenuhi, itu hanya tertunda... Pengatur Hidup lebih tahu saat yang tepat memberi keindahan yang kita nantikan. Hanya mungkin kita yang masih kurang sedikit bersabar. Mengikhlaskan adalah satu-satunya jalan untuk menjadi lebih kuat. Belajar dari kesalahan untuk melompat lebih tinggi dan terus mengejar matahari impian. Keajaiban itu diupayakan dengan segenap ikhlas, bukannya sekedar dinanti tanpa ujung. Memperhatikan kasih sayang Pemberi Hidup dalam tiap napas kita. Yakini bahwa semua yang terjadi adalah cara komunikasiNya agar kita menyadari keberadaanNya. Ijinkan bintang biru di hatimu berpijar bersama rinai senyum keikhlasan, untuk kehidupan yang lebih baik... Tangis air mata tak akan menjadikan alasan berhenti bermimpi. Kita pantas untuk kebaikan yang sudah diaturNya. Terus berani bermimpi dan mewujudkannya, hingga langkah hidup kita terhenti detiknya. Kuatkan langkah demi mimpi.

Hanya lembaran ini yang menemani “ketidakwarasan” ku memandang letihnya berproses menuju ikhlas dalam makna.. sebab ikhlas tak sekedar kata. Menjadi sang pemimpi yang tegar menaklukan badai dan gelombang tawa juga airmata. Diiringi OST Sang Pemimpi membuat hati lebih menghargai proses.
                        Tarian tetes air di sudut mata, senja kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar