Selasa, 13 November 2012

sekuntum bunga Al Khonsa


berikut ini sedikit cerita mengenai AL KHANSA binti AMRU, ibu para SYUHADA, yang juga merupakan sahabat Rosululloh-shahabiyah,  semoga kita bisa mengambil teladan dari beliau.
Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata,
Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda.
” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’
Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’
Rasuluilah SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’
Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra.
Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’
Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.”
Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’
Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’
Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melialui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa.
Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah lengan baju dan berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.’
Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang matl-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget.
Bahkan ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.’
Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah. (Wanita-wanita Sahabiyah)
Dari : www.sahabatnabi.0catch.com
Namanya adalah Tumadhir binti ‘Amr bin Al Harits bin Syarid. Dia adalah seorang penyair wanita ulung pada masa jahiliyah. Setelah kematian saudaranya shakhr lahirlah dari lisannya syair-syair ratapan yang merupakan syair ratapan terbaik. Diantara syairnya yang terbaik dalam meratapi kematian shakhr adalah:
Ada kotoran di kedua matamu
Atau memang matamu yang tak normal
Atau rumah yang engkau dapati itu
Memang kosong dari penghuninya
Ada juga syair yang lain :
Air mataku terus bercucuran dan tidak pernah mau membeku
Ketahuilah …. Mataku menangis
Karena kepergian Shakhr sang Dermawan
Ketahuilah…. Mataku menangis
Karena kepergian sang gagah berani
Ketahuilah……, mataku menangis
Karena kepergian pemuda yang agung
Bersama beberapa orang dari kaumnya, dari Bani sulaim Khansa’ menghadap Rasulullah SAW untuk menyatakan ke-islamannya dan untuk membangun aqidah tauhid. Setelah masuk islam, Khansa’ menjadi muslimah yang baik. Tidak butuh waktu lama dia sudah menjadi figur yang cemerlang dalam hal keberanian dan kemuliaan diri, dan telah menjadi teladan mulia bagi para Ibu muslimah. Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Khansa’ untuk bersyair dan beliau sangat mengaguminya. Ketika Khansa’ sedang bersyair, Rasulullah bersabda:” Aduhai, wahai Khansa’, hariku terasa indah dengan syairmu” Ketika ‘Adi bin Hatim datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya diantara kita ada seorang penyair ulung, seorang yang paling pemurah, dan seorang yang paling pandai menunggang kuda” Nabi SAW berkata : “Sebutkan siapa mereka?” ‘Adi bin Hatim menjawab:” Penyair paling ulung adalah Umur’ul Qais; seorang yang paling pemurah adalah Hatim bin Sa’ad (ayah “adi); dan orang yang pandai menunggang kuda adalah ‘Amr bin Ma’dikarib”. Rasulullah lalu berkata :”bukan mereka wahai ‘Adi. Penyair yang paling ulung adalah Khansa’ binti ‘Amr; orang yang paling pemurah adalah Muhammad yaitu beliau sendiri; dan orang yang paling pandai menunggang kuda adalah ‘Ali bin Abi Thalib”. Kehebatan syair Khansa’ juga diakui oleh para ahli syair. Mereka sepakat bahwa tidak ada seorang penyair wanitapun yang sejajar dengan Khansa’ sebelum dan sesudah masanya.
Disamping keahliannya bersyair yang tiada tandingannya ia juga menjadi muslimah yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam membela agama Allah dan kebenaran. Hal itu terlihat dengan seringnya dia keluar berjihad bersama kaum muslim yang lainnya. Ketika Mutsanna bin Haritsah Asy Syaibani berangkat menuju perang Qadisiyah (Perang salib) pada masa kekhalifahan ‘umar bin Khattab Khansa’ bersama empat putranya turut keluar bersama rombongan pasukan kaum muslimin.
Di medan pertempuran yakni pada malam terjadinya pertempuran sengit antara kedua pasukan Khansa’ mengumpulkan keempat putranya untuk memberi pengarahan memotivasi mereka agar bersemangat dalam perang dan jangan sekali-kali melarikan diri dan menumbuhkan kecintaan pada mereka akan mati syahid di jalan Allah.
Simaklah wasiat Khansa’ yang mulia ini :” wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah memeluk agama Islam dengan suka rela dan berhijrah dengan kemauan sendiri pula. Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia sesungguhnya kalian adalah anak dari seorang ibu yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian tidak pernah merusak kemuliaan kalian dan tidak pernah mengubah nasib kalian. Sesungguhnya kalian telah mengetahui pahala besar yang telah disediakan Allah untuk kaum muslimin yang berperang melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik daripada negeri yang fana. Allah telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kalian, kuatkanlah kesabaran kalian ; tetap bersiap siagalah (diperbatasan negeri kalian) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kalian beruntung” (QS ALI IMRAN : 200).
Wahai anak-anakku apabila Allah menghendaki esok pagi kalian masih selamat segeralah kalian memerangi musuh kalian dengan penuh kelihaian dan mohonlah kepada Allah agar diberi kemenangan dalam memerangi musuh-musuhNya. Apabila perang telah berkecamuk dan api peperangan telah disulut, tujukan serangan pada pusat kekuatan musuh; seranglah pemimpin mereka; dan jadilah sang pemberani, niscaya kalian akan memperoleh keberuntungan di dunia dan kemuliaan di negeri yang kekal”.
Setelah mendengar nasihat itu keempat putranya pun menyingkir dari ibu mereka dan bersiap-siap untuk menindaklanjuti nasihatnya. Ketika pagi menjelang mereka segera meninggalkan markas untuk menghadapi musuh sambil melantunkan syair.
Anak pertama berkata :
Wahai saudara-saudaraku Sungguh ibu kita yang sudah tua itu telah menasihati kita
Saat beliau memanggil kita semalam dengan sebuah ungkapan Yang memiliki makna yang jelas
Karenanya , segera majulah kalian ke medan perang Yang sengit dan dahsyat
Disana kalian akan menemui para pembual
Dari golongan anjing yang hanya bisa menggonggong
Mereka yakin bahwa kalian pasti akan celaka
Padahal kalian akan berada dalam kehidupan yang mulia
Atau mati dengan mendapatkan keuntungan yang besar
Diapun maju ke medan perang sampai akhirnya gugur sebagai syahid.
Melihat hal itu anak kedua berkata:
Sesunggunya seorang wanita tua yang memiliki keteguhan
Dan ketabahan pendapat akurat dan ide yang jitu
Telah menyuruh kita untuk berbuat lurus dan bijak
Melalui nasihat dan baktinya kepada anak-anaknya
Maka segeralah berangkat ke medan perang yang dahsyat
Apakah nanti kalian akan mendapat kemenangan
Yang menyejukkan hati atau mati
Yang menyebabkan kalian mendapat kemuliaan abadi
Dan hidup bahagia di syurga firdaus
Diapun maju ke medan perang hingga gugur sebagai syahid.
Anak ketiga berkata:
Demi Allah Kita tidak boleh mendurhakai ibu kita sedikitpun
Sungguh dia telah menyuruh kita untuk berjihad
Pantang menyerah
Dialah pemberi nasihat, tulus dalam berbuat baik
Dan besar kasih sayangnya
Segeralah maju ke medan perang bersama pasukan
Sebagai penumpas musuh sampai kalian
Dapat menghancurkan pasukan Kisra
Atau mereka yang akan menghancurkan kalian
Sesungguhnya saya melihat ada kelemahan pada diri kalian
Akan tetapi kematian bagi kalian
Adalah derajat yang tinggi dan kemuliaan disisiNya
Anak ketiga itupun maju ke medan perang sampai akhirnya gugur sebagai syahid.
Tinggalah anak keempat dia berkata:
Aku bukan milik Khansa’ dan juga bukan milik Akhram
Tidak juga milik ‘amr yang memiliki keagungan pada masanya
Jika aku tidak pergi menyerang tentara musuh itu
Niscaya mereka akan terus-menerus mengadakan terror
Aku tidak peduli apakah nanti Aku akan mendapatkan kemenangan dan harta rampasan
Atau mati di jalan mulia sebagai syahid
Diapun maju ke medan perang sampai akhirnya gugur sebagai syahid.
Setelah berita syahidnya keempat putra tercintanya sampai kepada wanita mukminah penyabar ini dia tidak kelihatan bersedih dan menyesal atas semua itu. Bahkan keluarlah ucapannya yang sangat terkenal dan selalu dikenang sepanjang masa: ”Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan dengan menjadikan anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap kepada Rabbku agar kiranya dia berkenan mengumpulkan aku bersama mereka di hamparan kasih sayangNya yang abadi” Subhanallah………..
Khalifah Umar bin Khattab sangat menghormati Khansa’ dan anak-anaknya karena keutamaannya. Karenanya santunan anak-anak Khansa’ tetap diberikan kepada Khansa’ sampai Umar wafat.
Khansa wafat di sebuah perkampungan Badui pada tahun ke 24 hijriyah pada awal masa kekhalifahan ustman bin Affan.
Semoga Allah mencurahkan rahmatnya kepada khansa’, seorang ibu yang tidak seperti ibu-ibu kebanyakan. Sekiranya ibu-ibu muslimah sesudahnya memilki semangat juang sebagaimana Khansa’, tentulah Islam akan tegak sedemikain rupa……dan mereka yang selalu memanjakan anak-anaknya akan mau membuka mata mereka………
Dan bagi saudariku muslimah….semoga kisah ini memberikan tauladan bagi kita dan memotivasi diri kita untuk menjadi muslimah yang kaaffah, pemberani, semangat dan memiliki daya juang tinggi untuk menegakkan Agama Allah dan kebenaran serta menjadi Ibu yang senantiasa mengarahkan putra-putrinya untuk lebih mencintai Allah, Rasul dan jihad fi sabilillah.
Wahai saudariku….jadilah engkau Mujahidah sejati, pemberani dan tangguh!!!!
Yuuuk , siapa yang mau meneladani Ibunda Khansa’??????
(Sumber: syifasalsabila.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar