Selasa, 06 November 2012

kegilaan ku melihat mereka yang terabaikan

Tepi sore aku mengayuh sepeda mini cantik ku sepulang kuliah, menikmati senja dan cerahnya perjalanan hari ini. Di perempatan jalan, lampu jalan memerah. Tanda aku berhenti bersama kendaraan lain. Mata ku terpaku pada seorang yang tak berpakaian baik, ^menurut ku^. Aurot tidak tertutup sempurna, “ah... dia sakit”. Bukan badannya, namun jiwanya. Di tanah raja ini, aku tercenung menahan badai di hati ku. Miris sekali melihat pemandangan ini. Sekalipun dia tak sehat mental, apa dia tidak berhak mendapat perlakuan yang pantas? Lampu kini telah hijau, aku mengayuh menyampingi orang itu. Aku takut, di tengah perempatan itu dia melangkah dengan tatapan mata kosong. “apa ada yang melihatnya dan tergerak membantunya memberi selembar pakaian?”. Aku menghubungi seorang teman sekelas di kampus yang ku pikir dapat membantunya. Tapi, mereka tidak dapat menemukan orang itu. “huft...” tak ada yang bisa ku lakukan...
Kejadian ini tak hanya sekali, tiap senja sepulang kuliah jika aku melewati jalan yang sama. Aku tidak hanya melihat satu orang saja. Keadaan mereka sama... pakaian yang tidak menutup dengan baik... bahkan ada yang sama sekali tak menggunakan kain selembar pun. Aku menangis tapi tak tahu harus bagaimana? Sebegininya hidup kita? Tak punya kah kita waktu dalam 24 jam, beberapa detik saja untuk memberi pada orang di sekitar kita. Mereka juga manusia seperti kita juga kan? Hanya saja tidak sehat jiwanya. Rumah sakit jiwa sudah terlalu penuh kah? Katanya mereka ini “buangan” dari kota lain. So what??? Mau dari planet lain juga bukan alasan untuk membantu, bila dia kita masih punya hati, tak mungkin ada manusia yang tersia-sia jaman.
Diantara kerlip kemegahan kerajaan, sekitarnya masih mengais koin demi koin untuk sekedar makan sesuap..
Aku ingin kita saling berpegangan untuk membantu mereka, di Kerajaan Al Khonsa aku ingin kita membangun karakter raja yang mau menyentuh rakyatnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar