Minggu, 18 November 2012

hijab ku

Dengan kebebasan berekspresi di dunia yang makin global ini, banyak pergeseran budaya timur yang menjadi akar budaya Indonesia. Norma yang dibanggakan adalah norma luar yang belum tentu senilai dengan norma timur. Arus ini tak mungkin dibendung, namun masih bisa untuk diantisipasi. Maraknya pernikahan dengan alasan kehamilan tidak diinginkan, anak yang terlahir tanpa orang tua kemudian menjadi korban percobaan aborsi atau dibuang begitu saja. Semua itu hanya akibat dari puncak gunung es, penyebabnya masih tertutup di dasar laut berupa bongkahan mengerikan.
Aturan jilbab menjadi solusi sosial terhadap tantangan jaman sejak 14 abad lalu. Jilbab hadir memuliakan kedudukan perempuan untuk menjadi perhiasan berharga dalam kotak. Bukannya menjadi pajangan penghias mata belaka. Di tengah tren berjilbab di Indonesia kini, masih ada beberapa potongan wilayah yang masih membatasi penggunaan jilbab sebagai identitas kemuslimahan.
Agak aneh memang, saat perempuan menggunakan rok mini atau celana pendek yang jelas merusak nilai estetika diperbolehkan tanpa larangan. Sedang jilbab yang sama sekali tidak menganggu pemandangan malah dikecam, dianggap ninja atau tak memiliki daun telinga. Jika bisa dibandingkan dengan sebatang rokok yang asapnya jelas menjadi polusi melebihi asap kendaraan bermotor pantas dibatasi, sebab hanya menguntungkan perokok aktifnya. Perokok pasifnya hanya mendapat akibat lebih buruk pada kesehatannya. Jika perempuan berjilbab, apa menjadikan polusi atau perusak pemandangan?
Salah seorang kader terbaik PII (Pelajar Islam Indonesia) Bali kembali menggerakkan masyarakat untuk sadar jilbab. Bekerja sama dengan Lembaga Dakwah Kampus Politeknik Negeri Bali kembali  meningkatkan jumlah penggunaan jilbab diantara masyarakat yang masih belum menerima jilbab sebagai hak asasi. Rasa kesadaran ini diiringi dengan pendidikan sadar jilbab, sehingga jilbab tidak sebatas tren yang saat tidak lagi tren akan menjadi usang. Karenanya jilbab tak sekedar melingkari tubuh, tapi juga jilbab yang melingkari hati sehingga pemakai mahkota jilbab akan menjaga laku dan kata.
Di bulan November ceria ini, bersamaan dengan pergantian tahun Hijriah. Kami berharap dapat hijrah hati dan jiwa dengan mempersembahkan “Workshop Keputrian PII Bali” dengan tajuk One Man, One Jilbab. Berpartisipasi untuk mendukung muslimah berjilbab yang baik di Bali dengan hanya membari 1 jilbab syar’i (tidak transparan) atau donasi senilai Rp. 20.000 ke rekening BNI 02435 68919 an Kholisah Hidayati. Insya Allah kami serahkan saat workshop berlangsung. Sedikit kepedulian ikhlas kita, mengubah dunia dan menggetarkan pintu langit.
Semoga perempuan dunia semakin memperindah perhiasan hidup dengan kesolihan...
CP : 0899 0169 770

Tidak ada komentar:

Posting Komentar