Dengan kebebasan berekspresi di dunia yang
makin global ini, banyak pergeseran budaya timur yang menjadi akar budaya
Indonesia. Norma yang dibanggakan adalah norma luar yang belum tentu senilai
dengan norma timur. Arus ini tak mungkin dibendung, namun masih bisa untuk
diantisipasi. Maraknya pernikahan dengan alasan kehamilan tidak diinginkan,
anak yang terlahir tanpa orang tua kemudian menjadi korban percobaan aborsi
atau dibuang begitu saja. Semua itu hanya akibat dari puncak gunung es,
penyebabnya masih tertutup di dasar laut berupa bongkahan mengerikan.
Aturan jilbab menjadi solusi sosial terhadap
tantangan jaman sejak 14 abad lalu. Jilbab hadir memuliakan kedudukan perempuan
untuk menjadi perhiasan berharga dalam kotak. Bukannya menjadi pajangan penghias
mata belaka. Di tengah tren berjilbab di Indonesia kini, masih ada beberapa
potongan wilayah yang masih membatasi penggunaan jilbab sebagai identitas
kemuslimahan.
Agak aneh memang, saat perempuan menggunakan
rok mini atau celana pendek yang jelas merusak nilai estetika diperbolehkan
tanpa larangan. Sedang jilbab yang sama sekali tidak menganggu pemandangan
malah dikecam, dianggap ninja atau tak memiliki daun telinga. Jika bisa
dibandingkan dengan sebatang rokok yang asapnya jelas menjadi polusi melebihi
asap kendaraan bermotor pantas dibatasi, sebab hanya menguntungkan perokok
aktifnya. Perokok pasifnya hanya mendapat akibat lebih buruk pada kesehatannya.
Jika
perempuan berjilbab, apa menjadikan polusi atau perusak pemandangan?
Salah seorang kader
terbaik PII (Pelajar Islam Indonesia) Bali kembali
menggerakkan masyarakat untuk sadar jilbab. Bekerja sama dengan Lembaga Dakwah Kampus Politeknik Negeri Bali kembali
meningkatkan jumlah
penggunaan jilbab diantara masyarakat yang masih belum menerima jilbab sebagai
hak asasi. Rasa kesadaran ini diiringi dengan pendidikan sadar jilbab, sehingga
jilbab tidak sebatas tren yang saat tidak lagi tren akan menjadi usang.
Karenanya jilbab tak sekedar melingkari tubuh, tapi juga jilbab yang melingkari
hati sehingga pemakai mahkota jilbab akan menjaga laku dan kata.
Di bulan November ceria ini, bersamaan dengan
pergantian tahun Hijriah. Kami berharap dapat hijrah hati dan jiwa dengan
mempersembahkan “Workshop Keputrian PII Bali” dengan tajuk One Man, One Jilbab. Berpartisipasi
untuk mendukung muslimah berjilbab yang baik di Bali dengan hanya membari 1 jilbab
syar’i (tidak transparan) atau donasi senilai Rp. 20.000 ke rekening BNI 02435
68919 an Kholisah Hidayati. Insya Allah kami serahkan saat workshop
berlangsung. Sedikit kepedulian ikhlas kita, mengubah dunia dan menggetarkan
pintu langit.
Semoga perempuan dunia semakin memperindah
perhiasan hidup dengan kesolihan...
CP : 0899 0169 770
Tidak ada komentar:
Posting Komentar