Jumat, 22 Februari 2013



Dengan emosi aku diajarkan untuk menyelesaikan masalah. Yang dulu ku pikir sebuah pembenaran ketika berhadapan dengan masalah. Namun berjalannya kedewasaan, tidak membuat ku yakin akan kebenaran itu. Ya, emosi justru membuat jalannya semakin rumit. Tidak juga buat ku, karena kita semua sering mengalaminya. Sebab kurangnya lmu yang kita miliki untuk dapat menyelesaikan masalah yang bertujuan sebagai pendewasaan berpikir.
Jarang kita menyadari, apakah kehadiran kita memang membuat orang lain senang atau justru malah membuat kesal? Pribadi kita yang dilihat dan diingat, bukan penampilan dan kata yang manis. Karena kebermanfaatan kita pada kehidupanlah yang bisa menguatkan kehadiran kita.
Duduk dengan secangkir teh hangat dan membicarakan permasalahan yang sedang dihadapi. Saling mendangarkan dengan hati, tidak sekedar mendengar dengan dua daun telinga. Mendengarkan dengan hati membuat jalinan komunikasi akan lebih bermakna. Tidak ada satu pihak yang ngotot ingin didengar lalu tidak mau mendengar. Sempatkan kita bercermin sejenak, mulut tercipta satu dan daun telinga sepasang. Maknanya, lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Berbicara yang tidak kita lakukan akan mematikan jiwa, sebab kata-kata ada untuk dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar