Dengan emosi aku diajarkan untuk menyelesaikan
masalah. Yang dulu ku pikir sebuah pembenaran ketika berhadapan dengan masalah.
Namun berjalannya kedewasaan, tidak membuat ku yakin akan kebenaran itu. Ya,
emosi justru membuat jalannya semakin rumit. Tidak juga buat ku, karena kita
semua sering mengalaminya. Sebab kurangnya lmu yang kita miliki untuk dapat
menyelesaikan masalah yang bertujuan sebagai pendewasaan berpikir.
Jarang kita menyadari,
apakah kehadiran kita memang membuat orang lain senang atau justru malah membuat
kesal? Pribadi kita yang dilihat dan diingat, bukan penampilan dan kata yang
manis. Karena kebermanfaatan kita pada kehidupanlah yang bisa menguatkan
kehadiran kita.
Duduk dengan secangkir
teh hangat dan membicarakan permasalahan yang sedang dihadapi. Saling mendangarkan
dengan hati, tidak sekedar mendengar dengan dua daun telinga. Mendengarkan dengan
hati membuat jalinan komunikasi akan lebih bermakna. Tidak ada satu pihak yang
ngotot ingin didengar lalu tidak mau mendengar. Sempatkan kita bercermin
sejenak, mulut tercipta satu dan daun telinga sepasang. Maknanya, lebih banyak
mendengar daripada berbicara.
Berbicara yang tidak
kita lakukan akan mematikan jiwa, sebab kata-kata ada untuk dilakukan.