Selasa, 20 Mei 2014

Pelangi Aishi Bag. 17 Rona Biru di Tepi Langit

Rona Biru di Tepi Langit

          Hari ini adalah pernikahan Fiki dengan Aishi, suasana khidmat yang terasa seperti membawa ku beberapa tahun lalu saat melewati detik pernikahan indah ku dengan Ari. Setelah ikrar disahkan, Aishi memeluk ku lama sekali. Kami berdua terdiam seolah waktu terhenti. Aku memejamkan mata menikmati pelukan Aishi.
          Secercah kebahagiaan telah menemaninya menyempurnakan hidup. Sempat kekhawatiran sesaat kelahirannya, bisakah Aishi mempercantik kehidupannya dengan ikhlas, ibadah dan akhlaq yang baik? Semua pertanyaan itu kini terjawab dengan nyata.
          Dengan segala kesalahan yang terjadi beberapa waktu lalu, Fiki dan Aishi telah membuktikan mereka mampu melupakan luka dengan membaikkan kualitas diri. Sehingga mereka menjadi pribadi luar biasa di tengah jaman yang tidak lagi ramah. Anak-anak yang terlahir dari mereka akan sangat memiliki arti dengan jelasnya keberadaan orang tuanya.
          Pernikahan yang mereka lalui bukan sekedar formalitas, lebih menjadi sebuah perjalanan menjadi pemimpin muda yang luar biasa. Kita semua adalah pemimpin masa depan. Bagaimana kualitas diri kita sekarang, akan menentukan kualitas diri kita esok. Penikahan ini seolah menutup tugas ku.
          Aku berjalan melangkah masuk ke sebuah rumah biru, rumah yang telah terwarnai dengan sejuta cerita. Bapak, Neni dan Ilyas serta kedua anaknya, Ratu dan Aishi, Aku dan Ari. Ari mensejajari langkah dengan ku, menggenggam tangan ku lalu mencium kening ku lama.
         
         
















          Khilda Maulidiah, sebuah nama yang memiliki arti kelahiran abadi. Ingin dapat melahirkan banyak karya abadi yang dapat menginspirasi kehidupan. Lahir di salah satu sudut kota Pasuruan di Jawa Timur. Besar dan tumbuh di kota Denpasar, Pulau Dewata. Kemudian mendaki puncak syukur di salah satu Universitas perjuangan di kota pelajar, Yogyakarta. Mencintai perjalanan yang menjejakkan makna hidup. Membaca dunia untuk menghidupkan hati dan akal. Menulis adalah terapi penyaluran kegelisahan memandang kehidupan yang entah seperti apa... Semoga ini dapat menjadi prasasti cinta untuk semua anak di dunia yang berhak bahagia menjalani kehidupan dan berhak berkarya untuk dunia yang lebih indah. Bersilaturahim melalui khildamaulidiah.blogspot.com atau khilda.maulidiah@gmail.com. Bercita-cita membangun kerajaan Al Khonsa yang menyiapkan para bunda yang akan mendidik pejuang-pejuang kehidupan. Sebuah rumah senyum yang mensinergiskan energi luar biasa dari anak-anak yang kehilangan orang tua secara fisik dan psikologis untuk tetap dapat menginspirasi kehidupan. Semoga kita dapat menjadi “Bunga Surga” dan “Satria Langit”.

Arti kita adalah karya nyata kita bagi kehidupan yang lebih baik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar