Dari
sekian banyak ayat dalam Al Qur’an, beberapa ayat menegaskan tentang bagaimana
sikap kita menjadi pendidik. Konsep pendidik yang kita pahami disini diartikan
sebagai orang tua di rumah dan guru di sekolah. Pendidik merupakan tugas besar
kita bersama untuk dapat melanjutkan peradaban manusia. Transfer seorang
pendidik tidak hanya sebatas pengetahuan kognitif, nilai afektif dan
psikomotorik juga penting. Untuk menerjemahkan pengetahuan menjadi aplikasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Al
Qur’an sebagai pedoman hidup muslim menjadi acuan pertama dan utama untuk kita
dapat menjalankan tugan kependidikan. Salah satu ayat yang menjadi rujukan
yakni Surat Al Luqman : 13. Dalam ayat ini diterjemahkan sebagai berikut ;
“Dan
(ingatlah) Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai anak ku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Seperti
halnya ayat-ayat yang lain dalam Al Qur’an, sebuah ayat mengandung hikmah yang
amat luas. Tidak sebatas asbabun nuzulnya, secara kontekstual semua ayat dapat
menjadi sandaran hukum selama peradaban manusia masih menajalankan
eksistensinya.
Ayat
tersebut di atas diturunkan saat Rasulullah SAW menyampaikan Surat Al An’am : 82
yang mengisahkan orang musyrik akibat kemusyrikannya, para sahabat merasa
kesulitan untuk menghindarkan keimanan dari kezaliman. Kemudian Rasulullah SAW
membacakan ayat ini yang mengisahkan seseorang yang bernama Luqman menasehati
anaknya.
Luqman
adalah seorang biasa yang dimuliakan Allah dengan menjadikan namanya sebuah
Surat dalam Al Qur’an. Hikmah Luqman adalah menjadi seorang ayah pendidik yang
berperan untuk anaknya. Sebagai seorang pendidik kita pun sangat dianjurkan
untuk dapat meneladani Luqman. Pelajaran pertama yang penting diajarkan pada
anak-anak kita adalah ketuhidan. Pengesaan Allah sebagai pencipta dan kita
sebagai makhluknya yang butuh untuk hanya menghamba padaNya. Kebutuhan akan
beribadah merupakan hal paling inti dalam menjalani amanah kehidupan ini.
Menyekutukan
Allah adalah sebuah kesalahan yang sulit terampuni kecuali dengan rakmatNya.
Bentuk menyekutukan Allah di jaman sekarang banyak terjadi di sekitar kita.
Allah sebagai tuhan sering kita “perlukan” saat di tempat ibadah saja, ataupun
saat kita memiliki keperluan tertentu. Namun tak jarang ketika kewajiban kita
sebagai makhluk tidak berjalan sesuai.
Menaati
kedua orang tua kita juga menjadi urutan selanjutnya setelah menjaga keimanan
pada Allah. Orang tua menjaga kita sedari janin di rahim hingga kita dapat
menentukan pilihan kehidupan setelah dewasa. Menaati kedua orang tua kita hanya
sebatas sesuai ajaran Allah. Bila ada yang tidak berkesesuaian maka kita dapat
menolak dengan cara yang baik. Sehingga bentuk dakwah pada kedua orang tua
lebih pada hikmah. Sebab kedua orang tua kita banyak yang cenderung belum siap
untuk dikoreksi, apalagi oleh anak-anaknya.
Jadi
dalam ayat ini mencakup peran pendidik pada anaknya dan peran anak menyikapi
nasehat orang tuanya ataupun gurunya.
Permasalahan
masyarakat sekarang ini cukup luas bila dikaitkan dengan konsep ideal ayat ini.
Selain bntuk kesyirikan modern yang berupa banyaknya penyalahgunaan teknologi
sehingga bentuk penghambaan baru juga banyak. Allah, agama, dan semua yang
berhubungan dengan ini menjadi sesuatu yang tidak prioritas.
Ketika
penghambaan kita kepada selain Allah, maka konsep hidupnya akan tidak terarah.
Sikap ketaatan pada kedua orang tua juga menjadi hal langka, apalagi guru.
Kewibawaan pendidik menjadi tergeser dengan segala bentuk tuhan-tuhan baru.
Ditampilkan
sosok Luqman yang menjadi pendidik juga mengajarkan kita, bahwa ayah juga
memiliki peran mendidik anaknya. Peran ayah selain mencari nafkah sebagai
kepala keluarga, mendidik anak dan istrinya yang akan menjadi amal jariyah dari
hidupnya. Sehingga antara ayah, ibu dan para guru bersinergi dengan untuk
mendidik anak yang cerdas sekaligus memiliki aqidah yang baik.
Tugas
dan peran kependidikan menjadi tanggungjawab kita bersama. Semua orang menjadi
bagian dari tunutunan untuk orang lain, bila kita menampilkan hal baik maka
kita juga member teladan yang baik. Sebab sebuah teladan mengalahkan seribu
kata-kata. Cinta kita pada Allah juga berkorelasi langsung dalam hubungan kita
dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Hubungan dengan orang tua, guru,
orang-orang di sekitar kita dan alam semesta.
Peran
kekhalifahan dan abdillah menjadi optimal dengan menjaga aqidah kita yang
kemudian juga akan mengontrol akhlaq kita. Baiknya kualitas aqidah kita dapat
tampak dari bagaimana kualitas hubungan kita dengan sesama makhluk Allah yang
lain.
Referensi
Al
Qur’an terjemah Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar