Sabtu, 20 Juli 2013

sekilas peradaban Islamica

Dalam pembahasan lingkup sejarah peradaban Islam, kita akan melihat runtutan kisah awal Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah Islam hingga perkembangan Islam kontemporer. Peradaban yang dimaksud adalah cepatnya proses membina suatu kebudayaan di daerah yang sebelumnya tidak menunjukkan peradaban manusia. Peradaban yang kini menjadi tonggak sejarah kemanusiaan hingga sekarang. Sebab Islam berbeda dari ajaran agama lainnya, Islam menjadi satu system universal yang mengatur kehidupan.
Landasan utama peradaban Islam adalah system social yang dibangun berdasarkan aturan Al Qur’an dan Al Hadist. Islam hadir dengan representasi risalah kenabian yang membawa wahyu Allah untuk memanusiakan manusia dalam peran kehidupannya. Pembahasan sejarah peradaban Islam juga erat kaitannya dengan situasi politis yang secara langsung mempengaruhi kondisi perkembangan Islam.
MASA NABI MUHAMMAD SAW
Bangsa Arab sebelum tercerahkan dengan Islam merupaka kota penting secara tradisi dan perdagangan. Letaknya yang strategis juga menjadikannya bagian yang mudah konflik. Kebudayaan manusianya ketika itu jauh dari keberadaban. Banyak perang, rendahnya nilai perempuan, kriminalitas tinggi, banyaknya penyembah berhala dan berbagai budaya yang sering kita sebut masa “jahiliyah”.
Nabi Muhammad Saw mengalami masa kehidupan yang membentuk karakter pemimpin umat yang kuat dan bersahaja. Sedari kecil telah kehilangan ayah, hingga ibundanya juga menyusul pergi saat Muhammad kecil berusia 6 tahun. Kemudian diasuh oleh kakeknya sampai 2 tahun saja, sepeninggalnya Muhammad diasuh pamannya. Usia awal remajanya Muhammad sudah menggembala kambing, masa ini beliau melalui masa perenungan dan pendewasaan diri yang baik hingga gelar Al Amin (terpercaya) melekat padanya.
Usianya yang ke 12 tahun, beliau memulai usaha dengan bergabung bersama kafilah dagang. Ciri-ciri kenabian telah tampak padanya. Saat menginjak usia ke 25 tahun, saudagar kaya Khodijah melamarnya. Nantinya Khadijah menjadi perempuan muslimah pertama yang mempercayai risalah kenabian yang dibawanya. Perbedaan jarak umur mereka berdua memiliki hikmah tertentu untuk dapat menguatkan dakwah Islam nanti.
Masa awal kerasulan, beliau sering berkontemplasi untuk memisahkan diri dari kebisingan manusia. Tepat 17 Ramadan 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya menyampaikan wahyu Allah pertama pada Al Qur’an Surat Al Alaq:1-5. Turunnya ayat ini menjadi “sahnya” kerasulannya. Mulanya dakwah sembunyi-sembunyi hingga kemudian dimungkinkan untuk dakwah terbuka. Banyak halangan dari pembesar Quraisy yang merasa terusik dengan ajaran yang disampaikan Muhammad. Berbagai cara ditempuh untuk menghalangi perkembangan “ajaran baru” ini.
Cara yang digunakan untuk menghalangi dakwah Rasulullah Muhammad Saw ini membuat para pengikutnya harus berhijrah ke tempat yang lebih mendukung. Proses hijrah ini menjadi awal mula pembentuk Negara Madinah yang sudah dalam masa pengembangan ajaran Islam sebagai suatu system social dari sebatas persoalan aqidah ketuhanan. Untuk memperkokoh kehidupan bermasyarakat, dibangunlah masjid sebagai sentra aktifitas. Asas persaudaraan yang dibangun antara Muhajirin dan Anshor. Dan tentu persahabatan dengan warga non muslim juga terjalin.
Ibadah haji terakhirnya disebutkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas. Di samping sebagai pemimpin Islam, Rasulullah Muhammad Saw merupakan pemimpin Negara juga. Masa beliau berdagang sejak usia 12 tahun hingga 40 tahun, 28 tahun berkiprah menjadi pedagang. Sedang menjadi Nabi lebih singkat, sejak usia 40 tahun hingga 63 tahun. Hanya dalam waktu 11 tahun berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab dalam Islam adalah prestasi yang belum pernah tertandingi oleh siapapun.  
MASA KHILAFAH RASYIDAH
Masa ini diawali setelah wafatnya Rasulullah Muhammad Saw yang hanya meninggalkan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai wasiat bagi penerus ajaran Islam. Polemic terjadi dalam penentuan pengganti sebagai pemimpin politik. Polemic ini berujung panjang karena kesepakatan yang diambil belum dapat mengakomodasi beberapa pihak. Kemudian akhirnya Abu Bakar dengan amanah sebagai Khalifah yang berperan melanjutkan tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Masa kepemimpinannya hanya dua tahun karena meninggal dunia. Dalam masa ini untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri yang banyak menganggap perjanjian yang dibuat Rasulullah Muhammad Saw batal. Sehingga menimbulkan beberapa konflik, hingga pecah perang Riddah (perang melawan kemurtadan).
Menjelang wafatnya Abu Bakar, beliau mengangkat Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Kebijakan Abu Bakar diterima dan segera membaiat Umar bin Khattab, istilah Amir al Mu’minin digunakan masa ini. Perluasan daerah mulai terjadi hingga Syiria, Damaskus, dan beberapa tempat sekitarnya. Perluasan daerah yang membuat Umar menertibkan administrasi seperti di Persia. Pemimpinan Umar selama sepuluh tahun, karena wafatnya Umar setelah tikaman seorang budak Persia. Umar kemudian menunjuk enam orang sahabat dan meminta untuk memilih salah seorang diantara mereka sebagai pengganti khalifah. Keenam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Said bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Hasil musyawarah ini menentukan Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya.
Masa pemimpinan Usman berhasil meluas hingga seluruh Persia, kemudian tidak berlanjut lagi. Pemimpinan Usman berlangsung selama dua belas tahun, juga disebabkan karena wafatnya. Wafatnya terjadi karena pembunuhan para pemberontak yang tidak senang pada pemimpinannya. Keluarga besar Usman juga ikut membuat beberapa golongan merasakan ketidaktegasannya. Pengganti khalifah selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib.
Masa pemimpinan Ali hanya enam tahun yang diwarnai dengan beragam intrik. Perang Jamal yang terjadi antara kubu Ali berhadapan dengan kubu Aisyah, Zubair dan Thalhah. Beberapa kebijaksanaannya yang menyebabkan timbul perlawanan dari gubernur Damaskus, Muawiyah hingga pecah perang siffin yang menjadi permulaan golongan-golongan pemikiran dalam Islam.
Pada keempat masa kepemimpinan Islam ini terjadi perkembangan Islam yang begitu pesat. Islam dijadikan sumber hukum utama dalam menegakkan system kenegaraan sehingga Islam menjadi satu-satunya semangat masyarakat dalam kehidupan.
MASA KERAJAAN MONARKI
Periode ini pemerintah Islam berbentuk monarki turun-temurun yang cenderung otoriter. Masa Bani Muawiyah berkuasa hingga Sembilan puluhan tahun, ekspansi dilanjutkan kembali. Walau demikian, keadaan dalam negri juga tidak stabil. Lemahnya pemerintahan yang hedonis juga membuat terjadinya penggulingan kekuasaan oleh Bani Abbasiyah. Masa pemerintahannya hingga melebihi lima ratusan tahun dengan pola yang menyesuaikan dengan kondisi social, politik, dan budaya. Salah satu episode terbaiknya adalah masa kegemilangan ilmu pengetahuan Islam dengan diwariskan jejaknya dalam Bait al Hikmah yang menjadi pusat studi dan perguruan tinggi dengan perpustakaan besar.
Masa Bani Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban daripada ekspansi wilayah. Banyak tokoh ilmuwan Islam berkembang pada masa ini, yang menjadi referensi ilmuwan barat kini. Kecenderungan pada kehidupan hedonis pun juga terjadi pada masa ini. Hingga Bani Abbasiyah juga mengalami kemunduran. Fokusnya pada pembinaan peradaban ternyata menjadi salah satu factor lepasnya daerah kekuasaan.
Perang Salib menjadi bagian terkelam dari sejarah kemanusiaan yang banyak menghabisi generasi muslim dan banyak mengubah tatanan kelimuan Islam. Kemunduran periode Islam menjadi awal pencerahan di Eropa. Eropa belajar peradaban dari Islam Spanyol yang merupakan salah satu pusat peradaban Islam. Islam menjadi sumber keilmuan Eropa. Masa penaklukan Islam di Spanyol terjadi masa Bani Umayyah. Islam memiliki peran penting dalam kemajuan Spanyol hingga lebih dari tujuh abad lamanya.
Kemajuan Islam Spanyol ditentukan oleh para pemimpin yang kuat dan berwibawa. Kemampuan mempersatukan kekuatan umat Islam dengan kebijakan yang membangun. Namun tidak dipungkiri bila terjadinya kemunduran disebabkan karena konflik Islam dan Kristen yang berkepanjangan serta tidak lagi memegang ideology pemersatu.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa telah menimbulkan gerakan kebangkitan. Walau Islam pada akhirnya terusir dari Spanyol dengan kejam, tetapi Islam telah berkontribusi pada perkembangan Eropa.       
MASA ULAMA DAN WALI
Setelah berbagai dinamika perkembangan Islam yang mengalami kemunduran sedemikian rupa, beberapa kesultanan Islam selanjutnya tidak terlalu berkembang seperti sebelumnya. Kesultanan Usmani, Syafawi dan Mughal. Walau tetap ada kontribusi untuk kemajuan Islam pada masanya. Hal-hal yang mempengaruhi terbatasnya kemajuan Islam pada ketiga kesultana ini adalah metode berpikir yang tradisional, perkembangan tasawuf yang menekan ajaran filsafat, banyaknya naskah keilmuan yang hilang juga hancur. Bersamaan kemunduran tiga kesultanan ini, Eropa mengalami kemajuan pesat. Terangkatnya perekonomian Eropa setelah dapat menjelajahi dunia menjadi awal periode kolonialisasi yang merambah dunia timur.
Periode ini sedikit banyak membuka mata para ulama Islam untuk kembali jaya. Masa penjajahan Eropa di dunia timur membentuk pejuang-pejuang Islam yang memiliki semangat jihad fi sabilillah. Mempertahankan kejayaan Islam dan umat Islam. Penjajahan ini menghancurkan sendi-sendi perekonomian yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. Sehingga umat Islam menguatkan jama’ah dengan membangkitkan semangat nasionalisme sebagai jalan memerdekakan diri dari penjajahan.
Perkembangan Islam di Indonesia diawali oleh ekspansi muslim asal Arab, Persia dan India yang berprofesi sebagai pedagang. Kapal-kapal pedagang yang melewati Indonesia sebagai satu-satunya akses menjadi pintu gerbang berkembangnya Islam. Kesultanan Islam pun berkembang sebagai bukti bahwa Islam pernah menjadi bagian penting dalam perkembangan bangsa Indonesia.
Diawali dengan berkembangnya pemukiman muslim di pesisir Aceh yang menjadikan interaksi penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari berbagai daerah tersebut. Proses Islamisasi terjadi dengan interaksi yang berlangsung. Kesultanan Islam pertama di nusantara adalah Samudera Pasai yang berdiri di Aceh. Perkembangan masyarakat muslim berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya.
Setelah Malaka jatuh ke Portugis, mata rantai pelayaran beralih ke Aceh. Proses Islamisasi berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Di Jawa, proses Islamisasi telah berlangsung walau belum meluas dengan tanda nisan Fatimah binti Maimun. Pada puncak kejayaan Majapahit banyak ditemukan bukti Islamisasi. Pengaruh Islam di Indonesia Timur terbentang sekitar jalur perdagangan.
Kedatangan Islam dan penyebarannya pada golongan bangsawan dan rakyat pada umumnya berlangsung secara damai. Permulaan dengan interaksi perdagangang, selanjutnya dengan pernikahan yang membangun perkampungan muslim, dengan ajaran tasawuf yang meluruskan ajaran Hindu Budha, dengan pendidikan berupa pesantren-pesantren, kesenian yang membentuk kebudayaan setempat, pengaruh Islam dari para Raja yang memiliki pengaruh politis.
Hubungan politik keagamaan antara kesultanan Islam terjalin karena persamaan aqidah. Hubungan yang dibentuk dengan semangat dakwah adalah bagian dari pengembangan Islam. Dalam politik, agama dipergunakan untuk menguatkan diri dalam menghadapi kerajaan non Islam. Namun politik pecah belah yang dijalankan Belanda membuat persaingan tidak sehat antara kesultanan Islam.
Masa pemerintahan Islam ini mencetak pejuang Islam dari kalangan Ulama dan Wali yang dikenal beberapa tokohnya dari luar nusantara dan beberapa keturunan para Sultan. Kita mengenal wali songo, pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan tokoh lainnya yang memiliki semangat untuk mempertahan kemuliaan diri dan bangsa dari penjajahan yang menyerang ekonomi, social dan juga agama.
Indonesia yang ketika itu sudah menjadi mayoritas penduduknya muslim telah banyak diupayakan untuk dapat merdeka dari penjajahan dari perlawanan ulama serta wali. Karena semangat jihad fi sabilillah yang berkobar itu menyebabkan para orientalis mempelajari Islam dari segi ilmiah dengan istilah politik Islam dan kajian indologie sebagai ilmu yang mempelajari keindonesiaan. Dimaksudkan untuk melenggengkan kekuasaan jajahan Belanda, tokoh peletak dasarnya adalah Prof. Snouck Hurgronje.
Mudahnya akses ibadah haji membentuk muslim ortodoks yang sepulangnya ke tanah air menjadi penggerak masa untuk dapat kembali pada semangat pan Islam sebagai sebuah kemuliaan kemerdekaan. Sehingga berdasarkan analisis Hurgronje Islam terbagi menjadi Islam religious dan Islam politik. Sehingga dalam kebijakannya, gerakan Islam keagamaan akan mendapat toleransi, namun Islam politik akan diwaspadai dan dibatasi. Belanda jua mengontrol ketat pendidikan Islam yang berlangsung sebagai upaya membendung pengaruh Islam. Kalangan bangsawan Islam ditawarkan pada budaya westernisasi sebagai bentukan Indonesia modern.
Walau terjadi pemisahan pendidikan umum dan pesantren, beberapa tokoh Indonesia tetap memiliki semangat nasionalisme yang ingin dapat memerdekakan diri dari penjajahan Belanda.
MASA PERADABAN ISLAM KONTEMPORER
Keadaan menjadi berbalik, umat Islam yang kini belajar dari Eropa. Kesadaran ini sebagai usaha memulihkan kekuatan Islam yang lemah di segala lini. Muncul beberapa gerakan Islam sebagai jalan mengorganisir umat. Gagasan pembaruan Islam yang dipelopori gerakan Wahhabiyah oleh Muhammad ibn Abd al Wahhab di Arabia, Syah Waliyullah di India, Muhammad Sanusi di Afrika Utara. Gerakan pembaruan ini masuk dunia politik dengan membawa semangat pan Islamisme yang dilanjutkan semangatnya oleh Jamaluddin al Afghani yang dikenal sebagai bapak nasionalisme dalam Islam. Menurutnya umat Islam harus meninggalkan perselisihan dan berjuang di satu panji bersama dengan tetap membangkitkan semangat local dan nasional negri-negri Islam.
Setelah perang dunia pertama usai, system kekhalifahan terakhir di Turki Usmani diubah oleh Mustafa Kemal dengan menjadikan Turki Negara Republik sekuler. Gagasan nasionalisme masuk ke Negara-negara Islam setelah semangat pan Islamisme meredup.
Gerakan modernis Islam menjadi jawaban terhadap kondisi kritis yang dihadapi pada masa itu. Pasca kemunduran khilafah Turki Usmani, selain gerakan yang telah disebutkan di atas juga terbentuk gerakan Salafiyyah yang menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam yang lebih intelektual. Gerakan ini berpengaruh besar pada kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau kemudian disusul dengan tumbuh berkembangnya gerakan organisasi Islam. Gerakan yang membangun modal social keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Organisasi politik seperti Sarekat Islam (SI) sebagai kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Partai Islam Indonesia (PII).
Hingga kini pergerakan yang masih massif dan konsisten dalam pendidikan adalah Muhammadiyah dan NU dengan pengikut yang cukup signifikan. Masa pendidikan Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari dilalui pada guru yang sama. Semangat yang dibangun adalah bagaimana dapat mencerdaskan umat Islam yang ketika masa itu dalam penindasan hak-hak sebagai warga untuk mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.
Muhammadiyah dengan beberapa amal usaha yang hingga kini dapat kita lihat masih berjalan bergerak di bidang pendidikan yaitu perguruan Muhammadiyah dari tingkat taman kanak-kanak (Bustanul Athfal) hingga perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Gerakan pengembangan pendidikan ini juga diikuti dengan beberapa organisasi yang dinaungi di bawahnya seperti Hisbul Wathan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Muhammadiyah dan Aisyiyah.
NU mengambil jalur kebudayaan yang menyentuh rakyat sebagai pendekatan dakwah. Melalui pesantren-pesantrennya, NU mengembangkan pengembangan seni budaya yang sebelumnya masih bernuansa Hindu Budha mulai diberi sentuhan esensi Islam. Sehingga perlahan tanpa paksaan, masyarakat akan tertarik pada Islam.
Walau perkembangannya kini, para pengikut Muhammadiyah atau NU masih terpengaruh kondisi social politik orde baru yang memisahkan paksa antara satu golongan ke golongan lainnya. Pengikutnya kini terjebak permasalahan khilafiah pada fiqh sebagai cabang ajaran Islam. Beberapa malah mungkin tidak mengetahui bahwa pendiri Muhammadiyah dan NU merupakan satu guru didikan sehingga terjebak pada persangkaan.
Perkembangan Islam kontemporer dihadapkan pada wajah dunia yang sangat menggoda untuk ditinggalkan. Masyarakat muslim sekarang yang memiliki jumlah mayoritas ternyata berdiri di ujung tanduk karena sudah kehilangan ruh mengembangkan diri dengan nilai-nilai Islam. Ditambah lagi dengan adanya sekularisasi yang menyebabkan ajaran Islam sebatas pakaian di tempat ibadah yang kemudian diganti bila tidak lagi berada di tempat ibadah. Mungkin kita lupa akan musuh yang sebenarnya, hingga masih ada saja yang terjebak pada konfliki antar golongan walaupun itu sama-sama gerakan Islam.
Bila kita sedikit mampu menajamkan “pisau” analisa social untuk dapat menempatkan teks ajaran Islam pada tataran kontekstual yang dapat menjawab tantangan jaman terus-menerus berkembang, kita akan menyadari bahwa Islam menjadi satu-satunya ajaran yang sesuai dengan problematika kehidupan manusia.
Istilah “jas merah” yang berarti jangan sampai melupakan sejarah sebagai refleksi hikmah bagi kita yang hidup kini untuk menata kehidupan lebih baik esok menjadi bagian penting di setiap kajian sejarah. Dengan segala polemic dan dinamika yang terjadi dalam ruang sejarah peradaban Islam, kita memahami bahwa Islam bergerak dalam suatu konstelasi social yang menyesuaikan diri dengan kondisi social budaya dengan tetap pada satu garis tegas. Garis tegas itu adalah ajaran teks Islam pada lembaran Al Qur’an dan kumpulan hadis yang mengawal peradaban manusia hingga kini.
Walau dalam perjalanannya system Islam yang ditegakkan mengalami pasang surut dalam kendali pemerintah yang berkuasa. Islam tetap memiliki pejuang-pejuang jihad fi sabilillah dalam ruang sunyi yang berupaya untuk menegakkan system Islam di segala bidang kehidupan. Pejuang-pejuang yang menerjemahkan konsep Islam rahmatan lil alamin dengan ibadah sekaligus kerja-kerja nyata untuk umat sebagai manifestasi penghambaan pada Allah Swt.
Mungkin kita yang kini hidup di penghujung jaman sedang mengalami ujian sebagaimana kita mampu menggenggam matahari dan bulan demi kejayaan Islam dan umat Islam?

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, M.A. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar