Dalam pembahasan lingkup sejarah peradaban Islam, kita
akan melihat runtutan kisah awal Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah
Islam hingga perkembangan Islam kontemporer. Peradaban yang dimaksud adalah cepatnya
proses membina suatu kebudayaan di daerah yang sebelumnya tidak menunjukkan
peradaban manusia. Peradaban yang kini menjadi tonggak sejarah kemanusiaan
hingga sekarang. Sebab Islam berbeda dari ajaran agama lainnya, Islam menjadi
satu system universal yang mengatur kehidupan.
Landasan utama peradaban Islam adalah system social
yang dibangun berdasarkan aturan Al Qur’an dan Al Hadist. Islam hadir dengan
representasi risalah kenabian yang membawa wahyu Allah untuk memanusiakan
manusia dalam peran kehidupannya. Pembahasan sejarah peradaban Islam juga erat
kaitannya dengan situasi politis yang secara langsung mempengaruhi kondisi
perkembangan Islam.
MASA NABI
MUHAMMAD SAW
Bangsa Arab sebelum tercerahkan dengan Islam merupaka
kota penting secara tradisi dan perdagangan. Letaknya yang strategis juga
menjadikannya bagian yang mudah konflik. Kebudayaan manusianya ketika itu jauh
dari keberadaban. Banyak perang, rendahnya nilai perempuan, kriminalitas
tinggi, banyaknya penyembah berhala dan berbagai budaya yang sering kita sebut
masa “jahiliyah”.
Nabi Muhammad Saw mengalami masa kehidupan yang
membentuk karakter pemimpin umat yang kuat dan bersahaja. Sedari kecil telah
kehilangan ayah, hingga ibundanya juga menyusul pergi saat Muhammad kecil
berusia 6 tahun. Kemudian diasuh oleh kakeknya sampai 2 tahun saja,
sepeninggalnya Muhammad diasuh pamannya. Usia awal remajanya Muhammad sudah
menggembala kambing, masa ini beliau melalui masa perenungan dan pendewasaan
diri yang baik hingga gelar Al Amin (terpercaya) melekat padanya.
Usianya yang ke 12 tahun, beliau memulai usaha dengan
bergabung bersama kafilah dagang. Ciri-ciri kenabian telah tampak padanya. Saat
menginjak usia ke 25 tahun, saudagar kaya Khodijah melamarnya. Nantinya
Khadijah menjadi perempuan muslimah pertama yang mempercayai risalah kenabian
yang dibawanya. Perbedaan jarak umur mereka berdua memiliki hikmah tertentu
untuk dapat menguatkan dakwah Islam nanti.
Masa awal kerasulan, beliau sering berkontemplasi
untuk memisahkan diri dari kebisingan manusia. Tepat 17 Ramadan 611 M, malaikat
Jibril muncul dihadapannya menyampaikan wahyu Allah pertama pada Al Qur’an
Surat Al Alaq:1-5. Turunnya ayat ini menjadi “sahnya” kerasulannya. Mulanya
dakwah sembunyi-sembunyi hingga kemudian dimungkinkan untuk dakwah terbuka.
Banyak halangan dari pembesar Quraisy yang merasa terusik dengan ajaran yang
disampaikan Muhammad. Berbagai cara ditempuh untuk menghalangi perkembangan
“ajaran baru” ini.
Cara yang digunakan untuk menghalangi dakwah
Rasulullah Muhammad Saw ini membuat para pengikutnya harus berhijrah ke tempat
yang lebih mendukung. Proses hijrah ini menjadi awal mula pembentuk Negara
Madinah yang sudah dalam masa pengembangan ajaran Islam sebagai suatu system
social dari sebatas persoalan aqidah ketuhanan. Untuk memperkokoh kehidupan
bermasyarakat, dibangunlah masjid sebagai sentra aktifitas. Asas persaudaraan
yang dibangun antara Muhajirin dan Anshor. Dan tentu persahabatan dengan warga
non muslim juga terjalin.
Ibadah haji terakhirnya disebutkan prinsip-prinsip
kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan
solidaritas. Di samping sebagai pemimpin Islam, Rasulullah Muhammad Saw
merupakan pemimpin Negara juga. Masa beliau berdagang sejak usia 12 tahun
hingga 40 tahun, 28 tahun berkiprah menjadi pedagang. Sedang menjadi Nabi lebih
singkat, sejak usia 40 tahun hingga 63 tahun. Hanya dalam waktu 11 tahun
berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab dalam Islam adalah prestasi yang
belum pernah tertandingi oleh siapapun.
MASA KHILAFAH RASYIDAH
Masa ini diawali setelah wafatnya Rasulullah Muhammad
Saw yang hanya meninggalkan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai wasiat bagi penerus
ajaran Islam. Polemic terjadi dalam penentuan pengganti sebagai pemimpin
politik. Polemic ini berujung panjang karena kesepakatan yang diambil belum
dapat mengakomodasi beberapa pihak. Kemudian akhirnya Abu Bakar dengan amanah
sebagai Khalifah yang berperan melanjutkan tugas sebagai pemimpin agama dan
kepala pemerintahan. Masa kepemimpinannya hanya dua tahun karena meninggal
dunia. Dalam masa ini untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri yang banyak
menganggap perjanjian yang dibuat Rasulullah Muhammad Saw batal. Sehingga
menimbulkan beberapa konflik, hingga pecah perang Riddah (perang melawan
kemurtadan).
Menjelang wafatnya Abu Bakar, beliau mengangkat Umar
bin Khattab sebagai penggantinya. Kebijakan Abu Bakar diterima dan segera
membaiat Umar bin Khattab, istilah Amir al Mu’minin digunakan masa ini.
Perluasan daerah mulai terjadi hingga Syiria, Damaskus, dan beberapa tempat
sekitarnya. Perluasan daerah yang membuat Umar menertibkan administrasi seperti
di Persia. Pemimpinan Umar selama sepuluh tahun, karena wafatnya Umar setelah
tikaman seorang budak Persia. Umar kemudian menunjuk enam orang sahabat dan
meminta untuk memilih salah seorang diantara mereka sebagai pengganti khalifah.
Keenam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair, Said bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Hasil musyawarah ini
menentukan Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya.
Masa pemimpinan Usman berhasil meluas hingga seluruh
Persia, kemudian tidak berlanjut lagi. Pemimpinan Usman berlangsung selama dua
belas tahun, juga disebabkan karena wafatnya. Wafatnya terjadi karena
pembunuhan para pemberontak yang tidak senang pada pemimpinannya. Keluarga
besar Usman juga ikut membuat beberapa golongan merasakan ketidaktegasannya.
Pengganti khalifah selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib.
Masa pemimpinan Ali hanya enam tahun yang diwarnai
dengan beragam intrik. Perang Jamal yang terjadi antara kubu Ali berhadapan
dengan kubu Aisyah, Zubair dan Thalhah. Beberapa kebijaksanaannya yang
menyebabkan timbul perlawanan dari gubernur Damaskus, Muawiyah hingga pecah
perang siffin yang menjadi permulaan golongan-golongan pemikiran dalam Islam.
Pada keempat masa kepemimpinan Islam ini terjadi
perkembangan Islam yang begitu pesat. Islam dijadikan sumber hukum utama dalam
menegakkan system kenegaraan sehingga Islam menjadi satu-satunya semangat
masyarakat dalam kehidupan.
MASA
KERAJAAN MONARKI
Periode ini pemerintah Islam berbentuk monarki
turun-temurun yang cenderung otoriter. Masa Bani Muawiyah berkuasa hingga
Sembilan puluhan tahun, ekspansi dilanjutkan kembali. Walau demikian, keadaan
dalam negri juga tidak stabil. Lemahnya pemerintahan yang hedonis juga membuat
terjadinya penggulingan kekuasaan oleh Bani Abbasiyah. Masa pemerintahannya
hingga melebihi lima ratusan tahun dengan pola yang menyesuaikan dengan kondisi
social, politik, dan budaya. Salah satu episode terbaiknya adalah masa
kegemilangan ilmu pengetahuan Islam dengan diwariskan jejaknya dalam Bait al
Hikmah yang menjadi pusat studi dan perguruan tinggi dengan perpustakaan besar.
Masa Bani Abbasiyah lebih menekankan pembinaan
peradaban daripada ekspansi wilayah. Banyak tokoh ilmuwan Islam berkembang pada
masa ini, yang menjadi referensi ilmuwan barat kini. Kecenderungan pada
kehidupan hedonis pun juga terjadi pada masa ini. Hingga Bani Abbasiyah juga
mengalami kemunduran. Fokusnya pada pembinaan peradaban ternyata menjadi salah
satu factor lepasnya daerah kekuasaan.
Perang Salib menjadi bagian terkelam dari sejarah
kemanusiaan yang banyak menghabisi generasi muslim dan banyak mengubah tatanan
kelimuan Islam. Kemunduran periode Islam menjadi awal pencerahan di Eropa.
Eropa belajar peradaban dari Islam Spanyol yang merupakan salah satu pusat
peradaban Islam. Islam menjadi sumber keilmuan Eropa. Masa penaklukan Islam di
Spanyol terjadi masa Bani Umayyah. Islam memiliki peran penting dalam kemajuan
Spanyol hingga lebih dari tujuh abad lamanya.
Kemajuan Islam Spanyol ditentukan oleh para pemimpin
yang kuat dan berwibawa. Kemampuan mempersatukan kekuatan umat Islam dengan
kebijakan yang membangun. Namun tidak dipungkiri bila terjadinya kemunduran
disebabkan karena konflik Islam dan Kristen yang berkepanjangan serta tidak
lagi memegang ideology pemersatu.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa telah
menimbulkan gerakan kebangkitan. Walau Islam pada akhirnya terusir dari Spanyol
dengan kejam, tetapi Islam telah berkontribusi pada perkembangan Eropa.
MASA ULAMA DAN WALI
Setelah berbagai dinamika perkembangan Islam yang
mengalami kemunduran sedemikian rupa, beberapa kesultanan Islam selanjutnya
tidak terlalu berkembang seperti sebelumnya. Kesultanan Usmani, Syafawi dan
Mughal. Walau tetap ada kontribusi untuk kemajuan Islam pada masanya. Hal-hal
yang mempengaruhi terbatasnya kemajuan Islam pada ketiga kesultana ini adalah
metode berpikir yang tradisional, perkembangan tasawuf yang menekan ajaran
filsafat, banyaknya naskah keilmuan yang hilang juga hancur. Bersamaan
kemunduran tiga kesultanan ini, Eropa mengalami kemajuan pesat. Terangkatnya
perekonomian Eropa setelah dapat menjelajahi dunia menjadi awal periode
kolonialisasi yang merambah dunia timur.
Periode ini sedikit banyak membuka mata para ulama
Islam untuk kembali jaya. Masa penjajahan Eropa di dunia timur membentuk
pejuang-pejuang Islam yang memiliki semangat jihad fi sabilillah.
Mempertahankan kejayaan Islam dan umat Islam. Penjajahan ini menghancurkan
sendi-sendi perekonomian yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat.
Sehingga umat Islam menguatkan jama’ah dengan membangkitkan semangat
nasionalisme sebagai jalan memerdekakan diri dari penjajahan.
Perkembangan Islam di Indonesia diawali oleh ekspansi
muslim asal Arab, Persia dan India yang berprofesi sebagai pedagang.
Kapal-kapal pedagang yang melewati Indonesia sebagai satu-satunya akses menjadi
pintu gerbang berkembangnya Islam. Kesultanan Islam pun berkembang sebagai
bukti bahwa Islam pernah menjadi bagian penting dalam perkembangan bangsa
Indonesia.
Diawali dengan berkembangnya pemukiman muslim di
pesisir Aceh yang menjadikan interaksi penduduk pribumi dengan pedagang muslim
dari berbagai daerah tersebut. Proses Islamisasi terjadi dengan interaksi yang
berlangsung. Kesultanan Islam pertama di nusantara adalah Samudera Pasai yang
berdiri di Aceh. Perkembangan masyarakat muslim berkaitan erat dengan
keruntuhan Sriwijaya.
Setelah Malaka jatuh ke Portugis, mata rantai
pelayaran beralih ke Aceh. Proses Islamisasi berlangsung lebih cepat dari
sebelumnya. Di Jawa, proses Islamisasi telah berlangsung walau belum meluas
dengan tanda nisan Fatimah binti Maimun. Pada puncak kejayaan Majapahit banyak
ditemukan bukti Islamisasi. Pengaruh Islam di Indonesia Timur terbentang
sekitar jalur perdagangan.
Kedatangan Islam dan penyebarannya pada golongan
bangsawan dan rakyat pada umumnya berlangsung secara damai. Permulaan dengan
interaksi perdagangang, selanjutnya dengan pernikahan yang membangun perkampungan
muslim, dengan ajaran tasawuf yang meluruskan ajaran Hindu Budha, dengan
pendidikan berupa pesantren-pesantren, kesenian yang membentuk kebudayaan
setempat, pengaruh Islam dari para Raja yang memiliki pengaruh politis.
Hubungan politik keagamaan antara kesultanan Islam
terjalin karena persamaan aqidah. Hubungan yang dibentuk dengan semangat dakwah
adalah bagian dari pengembangan Islam. Dalam politik, agama dipergunakan untuk
menguatkan diri dalam menghadapi kerajaan non Islam. Namun politik pecah belah yang
dijalankan Belanda membuat persaingan tidak sehat antara kesultanan Islam.
Masa pemerintahan Islam ini mencetak pejuang Islam
dari kalangan Ulama dan Wali yang dikenal beberapa tokohnya dari luar nusantara
dan beberapa keturunan para Sultan. Kita mengenal wali songo, pangeran
Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan tokoh lainnya yang memiliki semangat
untuk mempertahan kemuliaan diri dan bangsa dari penjajahan yang menyerang
ekonomi, social dan juga agama.
Indonesia yang ketika itu sudah menjadi mayoritas
penduduknya muslim telah banyak diupayakan untuk dapat merdeka dari penjajahan
dari perlawanan ulama serta wali. Karena semangat jihad fi sabilillah yang
berkobar itu menyebabkan para orientalis mempelajari Islam dari segi ilmiah
dengan istilah politik Islam dan kajian indologie sebagai ilmu yang mempelajari
keindonesiaan. Dimaksudkan untuk melenggengkan kekuasaan jajahan Belanda, tokoh
peletak dasarnya adalah Prof. Snouck Hurgronje.
Mudahnya akses ibadah haji membentuk muslim ortodoks
yang sepulangnya ke tanah air menjadi penggerak masa untuk dapat kembali pada
semangat pan Islam sebagai sebuah kemuliaan kemerdekaan. Sehingga berdasarkan
analisis Hurgronje Islam terbagi menjadi Islam religious dan Islam politik.
Sehingga dalam kebijakannya, gerakan Islam keagamaan akan mendapat toleransi,
namun Islam politik akan diwaspadai dan dibatasi. Belanda jua mengontrol ketat
pendidikan Islam yang berlangsung sebagai upaya membendung pengaruh Islam.
Kalangan bangsawan Islam ditawarkan pada budaya westernisasi sebagai bentukan
Indonesia modern.
Walau terjadi pemisahan pendidikan umum dan pesantren,
beberapa tokoh Indonesia tetap memiliki semangat nasionalisme yang ingin dapat
memerdekakan diri dari penjajahan Belanda.
MASA PERADABAN ISLAM KONTEMPORER
Keadaan menjadi berbalik, umat Islam yang kini belajar
dari Eropa. Kesadaran ini sebagai usaha memulihkan kekuatan Islam yang lemah di
segala lini. Muncul beberapa gerakan Islam sebagai jalan mengorganisir umat.
Gagasan pembaruan Islam yang dipelopori gerakan Wahhabiyah oleh Muhammad ibn
Abd al Wahhab di Arabia, Syah Waliyullah di India, Muhammad Sanusi di Afrika
Utara. Gerakan pembaruan ini masuk dunia politik dengan membawa semangat pan
Islamisme yang dilanjutkan semangatnya oleh Jamaluddin al Afghani yang dikenal
sebagai bapak nasionalisme dalam Islam. Menurutnya umat Islam harus
meninggalkan perselisihan dan berjuang di satu panji bersama dengan tetap
membangkitkan semangat local dan nasional negri-negri Islam.
Setelah perang dunia pertama usai, system kekhalifahan
terakhir di Turki Usmani diubah oleh Mustafa Kemal dengan menjadikan Turki
Negara Republik sekuler. Gagasan nasionalisme masuk ke Negara-negara Islam
setelah semangat pan Islamisme meredup.
Gerakan modernis Islam menjadi jawaban terhadap kondisi
kritis yang dihadapi pada masa itu. Pasca kemunduran khilafah Turki Usmani,
selain gerakan yang telah disebutkan di atas juga terbentuk gerakan Salafiyyah
yang menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam yang lebih intelektual. Gerakan
ini berpengaruh besar pada kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari
pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau kemudian disusul dengan
tumbuh berkembangnya gerakan organisasi Islam. Gerakan yang membangun modal
social keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Persyarikatan Ulama,
Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan
Tarbiyah Islamiyah (Perti). Organisasi politik seperti Sarekat Islam (SI)
sebagai kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Partai Islam
Indonesia (PII).
Hingga kini pergerakan yang masih massif dan konsisten
dalam pendidikan adalah Muhammadiyah dan NU dengan pengikut yang cukup
signifikan. Masa pendidikan Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari dilalui pada guru
yang sama. Semangat yang dibangun adalah bagaimana dapat mencerdaskan umat
Islam yang ketika masa itu dalam penindasan hak-hak sebagai warga untuk
mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.
Muhammadiyah dengan beberapa amal usaha yang hingga
kini dapat kita lihat masih berjalan bergerak di bidang pendidikan yaitu
perguruan Muhammadiyah dari tingkat taman kanak-kanak (Bustanul Athfal) hingga
perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Gerakan pengembangan
pendidikan ini juga diikuti dengan beberapa organisasi yang dinaungi di bawahnya
seperti Hisbul Wathan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, Muhammadiyah dan Aisyiyah.
NU mengambil jalur kebudayaan yang menyentuh rakyat
sebagai pendekatan dakwah. Melalui pesantren-pesantrennya, NU mengembangkan
pengembangan seni budaya yang sebelumnya masih bernuansa Hindu Budha mulai
diberi sentuhan esensi Islam. Sehingga perlahan tanpa paksaan, masyarakat akan
tertarik pada Islam.
Walau perkembangannya kini, para pengikut Muhammadiyah
atau NU masih terpengaruh kondisi social politik orde baru yang memisahkan
paksa antara satu golongan ke golongan lainnya. Pengikutnya kini terjebak
permasalahan khilafiah pada fiqh sebagai cabang ajaran Islam. Beberapa malah
mungkin tidak mengetahui bahwa pendiri Muhammadiyah dan NU merupakan satu guru
didikan sehingga terjebak pada persangkaan.
Perkembangan Islam kontemporer dihadapkan pada wajah
dunia yang sangat menggoda untuk ditinggalkan. Masyarakat muslim sekarang yang
memiliki jumlah mayoritas ternyata berdiri di ujung tanduk karena sudah
kehilangan ruh mengembangkan diri dengan nilai-nilai Islam. Ditambah lagi
dengan adanya sekularisasi yang menyebabkan ajaran Islam sebatas pakaian di
tempat ibadah yang kemudian diganti bila tidak lagi berada di tempat ibadah.
Mungkin kita lupa akan musuh yang sebenarnya, hingga masih ada saja yang
terjebak pada konfliki antar golongan walaupun itu sama-sama gerakan Islam.
Bila kita sedikit mampu menajamkan “pisau” analisa
social untuk dapat menempatkan teks ajaran Islam pada tataran kontekstual yang
dapat menjawab tantangan jaman terus-menerus berkembang, kita akan menyadari
bahwa Islam menjadi satu-satunya ajaran yang sesuai dengan problematika
kehidupan manusia.
Istilah “jas merah” yang berarti jangan sampai
melupakan sejarah sebagai refleksi hikmah bagi kita yang hidup kini untuk
menata kehidupan lebih baik esok menjadi bagian penting di setiap kajian
sejarah. Dengan segala polemic dan dinamika yang terjadi dalam ruang sejarah
peradaban Islam, kita memahami bahwa Islam bergerak dalam suatu konstelasi
social yang menyesuaikan diri dengan kondisi social budaya dengan tetap pada
satu garis tegas. Garis tegas itu adalah ajaran teks Islam pada lembaran Al
Qur’an dan kumpulan hadis yang mengawal peradaban manusia hingga kini.
Walau dalam perjalanannya system Islam yang ditegakkan
mengalami pasang surut dalam kendali pemerintah yang berkuasa. Islam tetap
memiliki pejuang-pejuang jihad fi sabilillah dalam ruang sunyi yang berupaya
untuk menegakkan system Islam di segala bidang kehidupan. Pejuang-pejuang yang
menerjemahkan konsep Islam rahmatan lil alamin dengan ibadah sekaligus
kerja-kerja nyata untuk umat sebagai manifestasi penghambaan pada Allah Swt.
Mungkin kita yang kini hidup di penghujung jaman
sedang mengalami ujian sebagaimana kita mampu menggenggam matahari dan bulan
demi kejayaan Islam dan umat Islam?
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, M.A. PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar