Rabu, 24 Juli 2013

surat cinta untuk mu pendidik



Dari sekian banyak ayat dalam Al Qur’an, beberapa ayat menegaskan tentang bagaimana sikap kita menjadi pendidik. Konsep pendidik yang kita pahami disini diartikan sebagai orang tua di rumah dan guru di sekolah. Pendidik merupakan tugas besar kita bersama untuk dapat melanjutkan peradaban manusia. Transfer seorang pendidik tidak hanya sebatas pengetahuan kognitif, nilai afektif dan psikomotorik juga penting. Untuk menerjemahkan pengetahuan menjadi aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Al Qur’an sebagai pedoman hidup muslim menjadi acuan pertama dan utama untuk kita dapat menjalankan tugan kependidikan. Salah satu ayat yang menjadi rujukan yakni Surat Al Luqman : 13. Dalam ayat ini diterjemahkan sebagai berikut ;
“Dan (ingatlah) Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anak ku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Seperti halnya ayat-ayat yang lain dalam Al Qur’an, sebuah ayat mengandung hikmah yang amat luas. Tidak sebatas asbabun nuzulnya, secara kontekstual semua ayat dapat menjadi sandaran hukum selama peradaban manusia masih menajalankan eksistensinya.
Ayat tersebut di atas diturunkan saat Rasulullah SAW menyampaikan Surat Al An’am : 82 yang mengisahkan orang musyrik akibat kemusyrikannya, para sahabat merasa kesulitan untuk menghindarkan keimanan dari kezaliman. Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat ini yang mengisahkan seseorang yang bernama Luqman menasehati anaknya.
Luqman adalah seorang biasa yang dimuliakan Allah dengan menjadikan namanya sebuah Surat dalam Al Qur’an. Hikmah Luqman adalah menjadi seorang ayah pendidik yang berperan untuk anaknya. Sebagai seorang pendidik kita pun sangat dianjurkan untuk dapat meneladani Luqman. Pelajaran pertama yang penting diajarkan pada anak-anak kita adalah ketuhidan. Pengesaan Allah sebagai pencipta dan kita sebagai makhluknya yang butuh untuk hanya menghamba padaNya. Kebutuhan akan beribadah merupakan hal paling inti dalam menjalani amanah kehidupan ini.
Menyekutukan Allah adalah sebuah kesalahan yang sulit terampuni kecuali dengan rakmatNya. Bentuk menyekutukan Allah di jaman sekarang banyak terjadi di sekitar kita. Allah sebagai tuhan sering kita “perlukan” saat di tempat ibadah saja, ataupun saat kita memiliki keperluan tertentu. Namun tak jarang ketika kewajiban kita sebagai makhluk tidak berjalan sesuai.
Menaati kedua orang tua kita juga menjadi urutan selanjutnya setelah menjaga keimanan pada Allah. Orang tua menjaga kita sedari janin di rahim hingga kita dapat menentukan pilihan kehidupan setelah dewasa. Menaati kedua orang tua kita hanya sebatas sesuai ajaran Allah. Bila ada yang tidak berkesesuaian maka kita dapat menolak dengan cara yang baik. Sehingga bentuk dakwah pada kedua orang tua lebih pada hikmah. Sebab kedua orang tua kita banyak yang cenderung belum siap untuk dikoreksi, apalagi oleh anak-anaknya.
Jadi dalam ayat ini mencakup peran pendidik pada anaknya dan peran anak menyikapi nasehat orang tuanya ataupun gurunya.
Permasalahan masyarakat sekarang ini cukup luas bila dikaitkan dengan konsep ideal ayat ini. Selain bntuk kesyirikan modern yang berupa banyaknya penyalahgunaan teknologi sehingga bentuk penghambaan baru juga banyak. Allah, agama, dan semua yang berhubungan dengan ini menjadi sesuatu yang tidak prioritas.
Ketika penghambaan kita kepada selain Allah, maka konsep hidupnya akan tidak terarah. Sikap ketaatan pada kedua orang tua juga menjadi hal langka, apalagi guru. Kewibawaan pendidik menjadi tergeser dengan segala bentuk tuhan-tuhan baru.
Ditampilkan sosok Luqman yang menjadi pendidik juga mengajarkan kita, bahwa ayah juga memiliki peran mendidik anaknya. Peran ayah selain mencari nafkah sebagai kepala keluarga, mendidik anak dan istrinya yang akan menjadi amal jariyah dari hidupnya. Sehingga antara ayah, ibu dan para guru bersinergi dengan untuk mendidik anak yang cerdas sekaligus memiliki aqidah yang baik.
Tugas dan peran kependidikan menjadi tanggungjawab kita bersama. Semua orang menjadi bagian dari tunutunan untuk orang lain, bila kita menampilkan hal baik maka kita juga member teladan yang baik. Sebab sebuah teladan mengalahkan seribu kata-kata. Cinta kita pada Allah juga berkorelasi langsung dalam hubungan kita dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Hubungan dengan orang tua, guru, orang-orang di sekitar kita dan alam semesta.
Peran kekhalifahan dan abdillah menjadi optimal dengan menjaga aqidah kita yang kemudian juga akan mengontrol akhlaq kita. Baiknya kualitas aqidah kita dapat tampak dari bagaimana kualitas hubungan kita dengan sesama makhluk Allah yang lain.     

Referensi
Al Qur’an terjemah Indonesia   

sebuah keluarga adalah rumah kita

kembali belajar, tiap hari belajar dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasa dan kita pikir...
dalam tiap kata dan langkah terus mengajak kita menjadi orang-orangyang semakin memahami bahwa kita ada untuk sebuah tujuan...
berjalan dengan mengenggam bulab dan matahari untuk menegakkan arti sebuah integritas...
diantara derai tawa yang terburai, tangis yang tersisip...
sebuah keluarga adalah rumah kita...
tempat kita belajar menata hidup, membangun karya cita-cita...
masyarakat yang keriput oleh genangan air pasang, mengalir menguap bersama waktu...
semua yang kita miliki adalah warisan dan yang kita beri adalah bekal sesungguhnya...
hal besar selalu dimulai dengan langkah awal yang kecil...
dan usaha mengubah dunia itu berawal dari diri kita yang kecil...
kita yang menjadi bagian terserak dari bumi yang terus berputar...
menyalakan pelita di tengah temaram malam...
saat hanya bintang yang memberi warna...
meninggalkan sesuatu untuk sesuatu yang lebih memaknai jalan kita...
untuk sebuah "kebanggaan" Maha Cinta telah menggariskan sebuah kehidupan...
karya kitalah yang membuka dunia...
bahwa kita disini masih mencintai kebaikan dan kebenaran...

terima kasih tuk semua adinda ku yang memberi jejak pelangi, bahagia sempat menjadi ayunda buat kalian. semoga kita dapat bertemu kembali dalam kebaikan :)

detik terakhir meninggalkan desa Tapak Kuda, Kab. Langkat Sumut.

Senin, 22 Juli 2013

gelaran budaya

Sedikit kita menengok kebijakan, istilah pendidikan dan kebudayaan terkonstruksi untuk membangun sebuah peradaban. Bagaimana proses pendidikan dan kebudayaan suatu tempat akan mempengaruhi kualitas peradabannya. Pendidikan merupakan jalan untuk menajamkan logika berpikir, teori, sistematika dan metodologi yang menjadikan seseorang akan memiliki keilmuan yang benar.
Kini mungkin pemimpin kita sedikit menutup diri, menutup mata dan telinganya. Aksi-aksi yang katanya “membela” rakyat justru malah mengganggu kepentingan umum. Jadi rakyat manakah yang dikau bela teman? Sebuah kalimat yang pernah terdengar, berhenti menyalahkan gelap karena terang kita yang dinanti. Kerja-kerja nyata kita untuk membangun kehidupan yang lebih baik dari saat kita pertama bertemu.
Kebudayaan adalah cermin dari kualitas pendidikannya.
Bila ingin suara kita di dengar dunia, bergeraklah dengan jalan budaya yang lembut diterima masyarakat namun menghujam ke hati. Agar yang kita lakukan tepat sasaran dan semakin mengungkap bagaimana seharusnya manusia bersinergi dalam ritme alam. Sekalipun kita berbeda, namun dengan membangun budaya yang baik perbedaan itu akan menjadi warna pelangi yang saling melengkapi.
Gelaran budaya yang akan menjadi “teguran” yang baik untuk hati yang baik…

Minggu, 21 Juli 2013

menunggu hujan



Dibalik kaca, aku mendengar suara tarian hujan. Menggoda ku untuk memperhatikan tiap tetes yang seketika membasahi tanah. Aroma sejuk menyapa hidung ku yang menyembunyikan kekaguman J. Alhamdulillah, hujan selalu menginspirasi. Menghangatkan gersang dan menyemai indah..
Lalu lalang orang dengan segala aktifitasnya tidak sedikitpun mengganggu kehadiran hujan. Hujan yang hadir tiba-tiba dengan gerombolan awan dan akan pergi bila persediaan airnya telah habis. Hujan… mengajarkan ikhlas dan syukur. Membalut hari dengan segala cintaNya. Mengalun syahdu, perlahan aku belajar untuk mendewasakan pikir dan sikap. Menyiapkan kehidupan esok yang akan berjalan tanpa amal lagi.
Hujan…
Setitik cinta diantara bisingnya manusia melihat dirinya. Tidak sedikit yang masih berjalan tanpa mengenal dirinya. Galau hanya karena ego terusik, lupa akan amanah umat. Umat yang menanti karya kita. Masihkah sempat kita tenggelam hanya untuk diri kita yang tidak memiliki apa pun ini??
Datanglah, dengan segenggam hujan…
Membersamai jalan yang bising dengan segala kebisingan, hanya sebuah suara yang ku nantikan. Berjalan dengan kisah yang mengenggam jari ini di akhir hari, akhir senja kita. Jika saja, diijinkan... aku ingin menanti mu hingga aku tidak lagi punya waktu bernapas. Tapi, aku tidak mungkin begini terus. Hidup ku harus berjalan, terus berusaha untuk menemukan mu.
Entah kata apa lagi yang harus ku tulis, kata apa lagi yang harus ku ucap. Untuk menemukan mu, membuat mu menyegerakan langkah, dan membuat Maha Cinta menjawabnya. Tidak banyak yang aku inginkan, hanya suara mu yang meneduhkan, mata mu yang menenangkan, tangan mu yang menghangatkan, senyum yang menguatkan, cinta mu yang mengalirkan keindahan ibadah-ibadah kita.

Sabtu, 20 Juli 2013

sekilas peradaban Islamica

Dalam pembahasan lingkup sejarah peradaban Islam, kita akan melihat runtutan kisah awal Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah Islam hingga perkembangan Islam kontemporer. Peradaban yang dimaksud adalah cepatnya proses membina suatu kebudayaan di daerah yang sebelumnya tidak menunjukkan peradaban manusia. Peradaban yang kini menjadi tonggak sejarah kemanusiaan hingga sekarang. Sebab Islam berbeda dari ajaran agama lainnya, Islam menjadi satu system universal yang mengatur kehidupan.
Landasan utama peradaban Islam adalah system social yang dibangun berdasarkan aturan Al Qur’an dan Al Hadist. Islam hadir dengan representasi risalah kenabian yang membawa wahyu Allah untuk memanusiakan manusia dalam peran kehidupannya. Pembahasan sejarah peradaban Islam juga erat kaitannya dengan situasi politis yang secara langsung mempengaruhi kondisi perkembangan Islam.
MASA NABI MUHAMMAD SAW
Bangsa Arab sebelum tercerahkan dengan Islam merupaka kota penting secara tradisi dan perdagangan. Letaknya yang strategis juga menjadikannya bagian yang mudah konflik. Kebudayaan manusianya ketika itu jauh dari keberadaban. Banyak perang, rendahnya nilai perempuan, kriminalitas tinggi, banyaknya penyembah berhala dan berbagai budaya yang sering kita sebut masa “jahiliyah”.
Nabi Muhammad Saw mengalami masa kehidupan yang membentuk karakter pemimpin umat yang kuat dan bersahaja. Sedari kecil telah kehilangan ayah, hingga ibundanya juga menyusul pergi saat Muhammad kecil berusia 6 tahun. Kemudian diasuh oleh kakeknya sampai 2 tahun saja, sepeninggalnya Muhammad diasuh pamannya. Usia awal remajanya Muhammad sudah menggembala kambing, masa ini beliau melalui masa perenungan dan pendewasaan diri yang baik hingga gelar Al Amin (terpercaya) melekat padanya.
Usianya yang ke 12 tahun, beliau memulai usaha dengan bergabung bersama kafilah dagang. Ciri-ciri kenabian telah tampak padanya. Saat menginjak usia ke 25 tahun, saudagar kaya Khodijah melamarnya. Nantinya Khadijah menjadi perempuan muslimah pertama yang mempercayai risalah kenabian yang dibawanya. Perbedaan jarak umur mereka berdua memiliki hikmah tertentu untuk dapat menguatkan dakwah Islam nanti.
Masa awal kerasulan, beliau sering berkontemplasi untuk memisahkan diri dari kebisingan manusia. Tepat 17 Ramadan 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya menyampaikan wahyu Allah pertama pada Al Qur’an Surat Al Alaq:1-5. Turunnya ayat ini menjadi “sahnya” kerasulannya. Mulanya dakwah sembunyi-sembunyi hingga kemudian dimungkinkan untuk dakwah terbuka. Banyak halangan dari pembesar Quraisy yang merasa terusik dengan ajaran yang disampaikan Muhammad. Berbagai cara ditempuh untuk menghalangi perkembangan “ajaran baru” ini.
Cara yang digunakan untuk menghalangi dakwah Rasulullah Muhammad Saw ini membuat para pengikutnya harus berhijrah ke tempat yang lebih mendukung. Proses hijrah ini menjadi awal mula pembentuk Negara Madinah yang sudah dalam masa pengembangan ajaran Islam sebagai suatu system social dari sebatas persoalan aqidah ketuhanan. Untuk memperkokoh kehidupan bermasyarakat, dibangunlah masjid sebagai sentra aktifitas. Asas persaudaraan yang dibangun antara Muhajirin dan Anshor. Dan tentu persahabatan dengan warga non muslim juga terjalin.
Ibadah haji terakhirnya disebutkan prinsip-prinsip kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas. Di samping sebagai pemimpin Islam, Rasulullah Muhammad Saw merupakan pemimpin Negara juga. Masa beliau berdagang sejak usia 12 tahun hingga 40 tahun, 28 tahun berkiprah menjadi pedagang. Sedang menjadi Nabi lebih singkat, sejak usia 40 tahun hingga 63 tahun. Hanya dalam waktu 11 tahun berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab dalam Islam adalah prestasi yang belum pernah tertandingi oleh siapapun.  
MASA KHILAFAH RASYIDAH
Masa ini diawali setelah wafatnya Rasulullah Muhammad Saw yang hanya meninggalkan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai wasiat bagi penerus ajaran Islam. Polemic terjadi dalam penentuan pengganti sebagai pemimpin politik. Polemic ini berujung panjang karena kesepakatan yang diambil belum dapat mengakomodasi beberapa pihak. Kemudian akhirnya Abu Bakar dengan amanah sebagai Khalifah yang berperan melanjutkan tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Masa kepemimpinannya hanya dua tahun karena meninggal dunia. Dalam masa ini untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri yang banyak menganggap perjanjian yang dibuat Rasulullah Muhammad Saw batal. Sehingga menimbulkan beberapa konflik, hingga pecah perang Riddah (perang melawan kemurtadan).
Menjelang wafatnya Abu Bakar, beliau mengangkat Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Kebijakan Abu Bakar diterima dan segera membaiat Umar bin Khattab, istilah Amir al Mu’minin digunakan masa ini. Perluasan daerah mulai terjadi hingga Syiria, Damaskus, dan beberapa tempat sekitarnya. Perluasan daerah yang membuat Umar menertibkan administrasi seperti di Persia. Pemimpinan Umar selama sepuluh tahun, karena wafatnya Umar setelah tikaman seorang budak Persia. Umar kemudian menunjuk enam orang sahabat dan meminta untuk memilih salah seorang diantara mereka sebagai pengganti khalifah. Keenam orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Said bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Hasil musyawarah ini menentukan Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya.
Masa pemimpinan Usman berhasil meluas hingga seluruh Persia, kemudian tidak berlanjut lagi. Pemimpinan Usman berlangsung selama dua belas tahun, juga disebabkan karena wafatnya. Wafatnya terjadi karena pembunuhan para pemberontak yang tidak senang pada pemimpinannya. Keluarga besar Usman juga ikut membuat beberapa golongan merasakan ketidaktegasannya. Pengganti khalifah selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib.
Masa pemimpinan Ali hanya enam tahun yang diwarnai dengan beragam intrik. Perang Jamal yang terjadi antara kubu Ali berhadapan dengan kubu Aisyah, Zubair dan Thalhah. Beberapa kebijaksanaannya yang menyebabkan timbul perlawanan dari gubernur Damaskus, Muawiyah hingga pecah perang siffin yang menjadi permulaan golongan-golongan pemikiran dalam Islam.
Pada keempat masa kepemimpinan Islam ini terjadi perkembangan Islam yang begitu pesat. Islam dijadikan sumber hukum utama dalam menegakkan system kenegaraan sehingga Islam menjadi satu-satunya semangat masyarakat dalam kehidupan.
MASA KERAJAAN MONARKI
Periode ini pemerintah Islam berbentuk monarki turun-temurun yang cenderung otoriter. Masa Bani Muawiyah berkuasa hingga Sembilan puluhan tahun, ekspansi dilanjutkan kembali. Walau demikian, keadaan dalam negri juga tidak stabil. Lemahnya pemerintahan yang hedonis juga membuat terjadinya penggulingan kekuasaan oleh Bani Abbasiyah. Masa pemerintahannya hingga melebihi lima ratusan tahun dengan pola yang menyesuaikan dengan kondisi social, politik, dan budaya. Salah satu episode terbaiknya adalah masa kegemilangan ilmu pengetahuan Islam dengan diwariskan jejaknya dalam Bait al Hikmah yang menjadi pusat studi dan perguruan tinggi dengan perpustakaan besar.
Masa Bani Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban daripada ekspansi wilayah. Banyak tokoh ilmuwan Islam berkembang pada masa ini, yang menjadi referensi ilmuwan barat kini. Kecenderungan pada kehidupan hedonis pun juga terjadi pada masa ini. Hingga Bani Abbasiyah juga mengalami kemunduran. Fokusnya pada pembinaan peradaban ternyata menjadi salah satu factor lepasnya daerah kekuasaan.
Perang Salib menjadi bagian terkelam dari sejarah kemanusiaan yang banyak menghabisi generasi muslim dan banyak mengubah tatanan kelimuan Islam. Kemunduran periode Islam menjadi awal pencerahan di Eropa. Eropa belajar peradaban dari Islam Spanyol yang merupakan salah satu pusat peradaban Islam. Islam menjadi sumber keilmuan Eropa. Masa penaklukan Islam di Spanyol terjadi masa Bani Umayyah. Islam memiliki peran penting dalam kemajuan Spanyol hingga lebih dari tujuh abad lamanya.
Kemajuan Islam Spanyol ditentukan oleh para pemimpin yang kuat dan berwibawa. Kemampuan mempersatukan kekuatan umat Islam dengan kebijakan yang membangun. Namun tidak dipungkiri bila terjadinya kemunduran disebabkan karena konflik Islam dan Kristen yang berkepanjangan serta tidak lagi memegang ideology pemersatu.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa telah menimbulkan gerakan kebangkitan. Walau Islam pada akhirnya terusir dari Spanyol dengan kejam, tetapi Islam telah berkontribusi pada perkembangan Eropa.       
MASA ULAMA DAN WALI
Setelah berbagai dinamika perkembangan Islam yang mengalami kemunduran sedemikian rupa, beberapa kesultanan Islam selanjutnya tidak terlalu berkembang seperti sebelumnya. Kesultanan Usmani, Syafawi dan Mughal. Walau tetap ada kontribusi untuk kemajuan Islam pada masanya. Hal-hal yang mempengaruhi terbatasnya kemajuan Islam pada ketiga kesultana ini adalah metode berpikir yang tradisional, perkembangan tasawuf yang menekan ajaran filsafat, banyaknya naskah keilmuan yang hilang juga hancur. Bersamaan kemunduran tiga kesultanan ini, Eropa mengalami kemajuan pesat. Terangkatnya perekonomian Eropa setelah dapat menjelajahi dunia menjadi awal periode kolonialisasi yang merambah dunia timur.
Periode ini sedikit banyak membuka mata para ulama Islam untuk kembali jaya. Masa penjajahan Eropa di dunia timur membentuk pejuang-pejuang Islam yang memiliki semangat jihad fi sabilillah. Mempertahankan kejayaan Islam dan umat Islam. Penjajahan ini menghancurkan sendi-sendi perekonomian yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. Sehingga umat Islam menguatkan jama’ah dengan membangkitkan semangat nasionalisme sebagai jalan memerdekakan diri dari penjajahan.
Perkembangan Islam di Indonesia diawali oleh ekspansi muslim asal Arab, Persia dan India yang berprofesi sebagai pedagang. Kapal-kapal pedagang yang melewati Indonesia sebagai satu-satunya akses menjadi pintu gerbang berkembangnya Islam. Kesultanan Islam pun berkembang sebagai bukti bahwa Islam pernah menjadi bagian penting dalam perkembangan bangsa Indonesia.
Diawali dengan berkembangnya pemukiman muslim di pesisir Aceh yang menjadikan interaksi penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari berbagai daerah tersebut. Proses Islamisasi terjadi dengan interaksi yang berlangsung. Kesultanan Islam pertama di nusantara adalah Samudera Pasai yang berdiri di Aceh. Perkembangan masyarakat muslim berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya.
Setelah Malaka jatuh ke Portugis, mata rantai pelayaran beralih ke Aceh. Proses Islamisasi berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Di Jawa, proses Islamisasi telah berlangsung walau belum meluas dengan tanda nisan Fatimah binti Maimun. Pada puncak kejayaan Majapahit banyak ditemukan bukti Islamisasi. Pengaruh Islam di Indonesia Timur terbentang sekitar jalur perdagangan.
Kedatangan Islam dan penyebarannya pada golongan bangsawan dan rakyat pada umumnya berlangsung secara damai. Permulaan dengan interaksi perdagangang, selanjutnya dengan pernikahan yang membangun perkampungan muslim, dengan ajaran tasawuf yang meluruskan ajaran Hindu Budha, dengan pendidikan berupa pesantren-pesantren, kesenian yang membentuk kebudayaan setempat, pengaruh Islam dari para Raja yang memiliki pengaruh politis.
Hubungan politik keagamaan antara kesultanan Islam terjalin karena persamaan aqidah. Hubungan yang dibentuk dengan semangat dakwah adalah bagian dari pengembangan Islam. Dalam politik, agama dipergunakan untuk menguatkan diri dalam menghadapi kerajaan non Islam. Namun politik pecah belah yang dijalankan Belanda membuat persaingan tidak sehat antara kesultanan Islam.
Masa pemerintahan Islam ini mencetak pejuang Islam dari kalangan Ulama dan Wali yang dikenal beberapa tokohnya dari luar nusantara dan beberapa keturunan para Sultan. Kita mengenal wali songo, pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan tokoh lainnya yang memiliki semangat untuk mempertahan kemuliaan diri dan bangsa dari penjajahan yang menyerang ekonomi, social dan juga agama.
Indonesia yang ketika itu sudah menjadi mayoritas penduduknya muslim telah banyak diupayakan untuk dapat merdeka dari penjajahan dari perlawanan ulama serta wali. Karena semangat jihad fi sabilillah yang berkobar itu menyebabkan para orientalis mempelajari Islam dari segi ilmiah dengan istilah politik Islam dan kajian indologie sebagai ilmu yang mempelajari keindonesiaan. Dimaksudkan untuk melenggengkan kekuasaan jajahan Belanda, tokoh peletak dasarnya adalah Prof. Snouck Hurgronje.
Mudahnya akses ibadah haji membentuk muslim ortodoks yang sepulangnya ke tanah air menjadi penggerak masa untuk dapat kembali pada semangat pan Islam sebagai sebuah kemuliaan kemerdekaan. Sehingga berdasarkan analisis Hurgronje Islam terbagi menjadi Islam religious dan Islam politik. Sehingga dalam kebijakannya, gerakan Islam keagamaan akan mendapat toleransi, namun Islam politik akan diwaspadai dan dibatasi. Belanda jua mengontrol ketat pendidikan Islam yang berlangsung sebagai upaya membendung pengaruh Islam. Kalangan bangsawan Islam ditawarkan pada budaya westernisasi sebagai bentukan Indonesia modern.
Walau terjadi pemisahan pendidikan umum dan pesantren, beberapa tokoh Indonesia tetap memiliki semangat nasionalisme yang ingin dapat memerdekakan diri dari penjajahan Belanda.
MASA PERADABAN ISLAM KONTEMPORER
Keadaan menjadi berbalik, umat Islam yang kini belajar dari Eropa. Kesadaran ini sebagai usaha memulihkan kekuatan Islam yang lemah di segala lini. Muncul beberapa gerakan Islam sebagai jalan mengorganisir umat. Gagasan pembaruan Islam yang dipelopori gerakan Wahhabiyah oleh Muhammad ibn Abd al Wahhab di Arabia, Syah Waliyullah di India, Muhammad Sanusi di Afrika Utara. Gerakan pembaruan ini masuk dunia politik dengan membawa semangat pan Islamisme yang dilanjutkan semangatnya oleh Jamaluddin al Afghani yang dikenal sebagai bapak nasionalisme dalam Islam. Menurutnya umat Islam harus meninggalkan perselisihan dan berjuang di satu panji bersama dengan tetap membangkitkan semangat local dan nasional negri-negri Islam.
Setelah perang dunia pertama usai, system kekhalifahan terakhir di Turki Usmani diubah oleh Mustafa Kemal dengan menjadikan Turki Negara Republik sekuler. Gagasan nasionalisme masuk ke Negara-negara Islam setelah semangat pan Islamisme meredup.
Gerakan modernis Islam menjadi jawaban terhadap kondisi kritis yang dihadapi pada masa itu. Pasca kemunduran khilafah Turki Usmani, selain gerakan yang telah disebutkan di atas juga terbentuk gerakan Salafiyyah yang menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam yang lebih intelektual. Gerakan ini berpengaruh besar pada kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau kemudian disusul dengan tumbuh berkembangnya gerakan organisasi Islam. Gerakan yang membangun modal social keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Organisasi politik seperti Sarekat Islam (SI) sebagai kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Partai Islam Indonesia (PII).
Hingga kini pergerakan yang masih massif dan konsisten dalam pendidikan adalah Muhammadiyah dan NU dengan pengikut yang cukup signifikan. Masa pendidikan Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari dilalui pada guru yang sama. Semangat yang dibangun adalah bagaimana dapat mencerdaskan umat Islam yang ketika masa itu dalam penindasan hak-hak sebagai warga untuk mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.
Muhammadiyah dengan beberapa amal usaha yang hingga kini dapat kita lihat masih berjalan bergerak di bidang pendidikan yaitu perguruan Muhammadiyah dari tingkat taman kanak-kanak (Bustanul Athfal) hingga perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Gerakan pengembangan pendidikan ini juga diikuti dengan beberapa organisasi yang dinaungi di bawahnya seperti Hisbul Wathan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Muhammadiyah dan Aisyiyah.
NU mengambil jalur kebudayaan yang menyentuh rakyat sebagai pendekatan dakwah. Melalui pesantren-pesantrennya, NU mengembangkan pengembangan seni budaya yang sebelumnya masih bernuansa Hindu Budha mulai diberi sentuhan esensi Islam. Sehingga perlahan tanpa paksaan, masyarakat akan tertarik pada Islam.
Walau perkembangannya kini, para pengikut Muhammadiyah atau NU masih terpengaruh kondisi social politik orde baru yang memisahkan paksa antara satu golongan ke golongan lainnya. Pengikutnya kini terjebak permasalahan khilafiah pada fiqh sebagai cabang ajaran Islam. Beberapa malah mungkin tidak mengetahui bahwa pendiri Muhammadiyah dan NU merupakan satu guru didikan sehingga terjebak pada persangkaan.
Perkembangan Islam kontemporer dihadapkan pada wajah dunia yang sangat menggoda untuk ditinggalkan. Masyarakat muslim sekarang yang memiliki jumlah mayoritas ternyata berdiri di ujung tanduk karena sudah kehilangan ruh mengembangkan diri dengan nilai-nilai Islam. Ditambah lagi dengan adanya sekularisasi yang menyebabkan ajaran Islam sebatas pakaian di tempat ibadah yang kemudian diganti bila tidak lagi berada di tempat ibadah. Mungkin kita lupa akan musuh yang sebenarnya, hingga masih ada saja yang terjebak pada konfliki antar golongan walaupun itu sama-sama gerakan Islam.
Bila kita sedikit mampu menajamkan “pisau” analisa social untuk dapat menempatkan teks ajaran Islam pada tataran kontekstual yang dapat menjawab tantangan jaman terus-menerus berkembang, kita akan menyadari bahwa Islam menjadi satu-satunya ajaran yang sesuai dengan problematika kehidupan manusia.
Istilah “jas merah” yang berarti jangan sampai melupakan sejarah sebagai refleksi hikmah bagi kita yang hidup kini untuk menata kehidupan lebih baik esok menjadi bagian penting di setiap kajian sejarah. Dengan segala polemic dan dinamika yang terjadi dalam ruang sejarah peradaban Islam, kita memahami bahwa Islam bergerak dalam suatu konstelasi social yang menyesuaikan diri dengan kondisi social budaya dengan tetap pada satu garis tegas. Garis tegas itu adalah ajaran teks Islam pada lembaran Al Qur’an dan kumpulan hadis yang mengawal peradaban manusia hingga kini.
Walau dalam perjalanannya system Islam yang ditegakkan mengalami pasang surut dalam kendali pemerintah yang berkuasa. Islam tetap memiliki pejuang-pejuang jihad fi sabilillah dalam ruang sunyi yang berupaya untuk menegakkan system Islam di segala bidang kehidupan. Pejuang-pejuang yang menerjemahkan konsep Islam rahmatan lil alamin dengan ibadah sekaligus kerja-kerja nyata untuk umat sebagai manifestasi penghambaan pada Allah Swt.
Mungkin kita yang kini hidup di penghujung jaman sedang mengalami ujian sebagaimana kita mampu menggenggam matahari dan bulan demi kejayaan Islam dan umat Islam?

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, M.A. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta 2008.

Kamis, 18 Juli 2013

adab pergaulan



Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai warna yang saling melengkapi. Sebagian yang lain menjadi ujian untuk sebagian yang lain untuk menguji keimanan dan ketaqwaan hambaNya. Dan sebuah perjalanan sesaat kehidupan kita yang menjadi proses ke akhirat. Berbagai aturan yang sudah diturunkan melalui Al Qur’an dan Hadits menjadikan kita manusia yang sebenarnya. Manusia yang mengemban amanah khalifah dan abdillah.
Bila kita tidak menjalankan aturan ketetapan Allah SWT, maka kita telah menyalahi amanah penciptaan. Dalam keimanan kita pada Allah, mewujud kebermanfaatan kita bagi lingkungan sekitar. Sebagai sesama makhluk ciptaan Allah, saling menjaga harmonisasi kehidupan. Dalam batasan-batasan saling menjaga tersebut kita memiliki bagian penting.
Batasan pergaulan antar manusia menjadi penting untuk dapat mensinergikan harmonisasi kehidupan. Laki-laki dan perempuan sebagai bagian ruang lingkup masyarakat banyak melakukan interaksi dalam keseharian. Hal ini pun diatur untuk dapat tetap menjaga fitrah.

Tema cinta menjadi favorit diberbagai kalangan, dari anak-anak hingga sesepuh tidak pernah kehilangan semangat menceritakan ini. Dalam fitrah manusia perasaan ini hadir untuk melengkapi bagian kemanusiaan. Cinta pada orang tua, saudara, orang-orang dan lingkungan sekitar kita menjadi bagian dari cinta pada Allah dan RasulNya. Bila ada seorang yang tidak memiliki cinta di hatinya berarti memiliki kelainan pada jiwanya.
Anas bin Malik meriwayatkan, “seorang lelaki pedalaman bertanya kepada Rasulullah. Kapankah terjadi kiamat? Rasul menjawab, apa yang kamu siapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab, cinta pada Allah dan RasulNya. Rasulullah menjawab, kamu akan tetap dengan yang kamu cintai”. Dengan hadits ini kita sepatutnya menjaga hati kita dari rasa cinta terhadap sesuatu. Dengan cinta yang kita miliki di hati akan membawa kemana akhir kehidupan kita.
Cinta adalah bagian dari komitmen kita untuk dapat kebaikan dunia dan akhirat. Ketika kita mencintai karena Allah SWT, maka kita akan memberikan yang terbaik yang kita miliki untuk dapat ridhoNya. Cinta kita hanya mengharap balasan dari Allah SWT, ikhlas menjalani proses kehidupan yang telah ditetapkan. Cinta kita sebagai mu’min tentu berbeda.
Bila rasa cinta itu hadir di saat yang belum tepat, entah karena belum siap mental, materi, ilmu dan lainnya kita tidak lantas mengambil jalan “pacaran” yang jelas tidak islami. “Pacaran” dari aspek sosiologis merupakan penyimpangan perilaku yang menyebabkan pelaku tidak berada pada jalur yang benar. “Pacaran” menjadi status yang tidak jelas, sebab antara memiliki namun tidak berhak memiliki. Pelarian pemuda pada aktifitas “pacaran” adalah ketidakmampuan diri mengelola perasaan dan tanggungjawab. Sebab membangun suatu komitmen hubungan memiliki konsekuensi. Perasaan yang tidak didampingi dengan iman maka akan bergejolak tidak stabil. Namun di sisi lain, belum mau dan mampu bertanggungjawab akan kehidupan orang yang dicintainya.
Sayangnya, budaya “pacaran” yang ada semakin menyuburkan penyimpangan-penyimpangan lain. Kajian Rifka Anisa, sebuah gerakan perempuan di Yogyakarta banyak menemukan kekerasan dalam “pacaran”. Ini timbul karena belum matangnya kondisi psikologis seseorang, namun karena tuntutan social yang menyebut “jomblo” atau tidak memiliki “pacar” itu tidak keren. Stigma “pacaran” juga akan menumbuhsuburkan perselingkungan pasca menikah. Karena laki-laki dan perempuan tidak berada pada batas tegas dalam interaksi sehari-hari.
“Sungguh ditusukkannya kepala seseorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. HR Ath Thabrani dalam Shahihul jami’)   
Konsekuensi hadits tersebut sebagai bentuk pencegahan dari hal yang kecil yang memiliki dampak besar nantinya bila tidak terjaga. Seringnya interaksi berlebihan antara laki-laki dan perempuan akan menyebabkan tidak istimewanya pasangan kita. Bila kita menjaga diri kita dari sentuhan lawan jenis, tentu kita akan disiapkan pasangan yang menjaga dirinya juga. Sehingga kita tidak mendapatkan generasi yang bermasalah nantinya. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, mendidik anak dimulai dengan proses pemilihan jodoh.
Proses pemilihan jodoh menjadi awal tanam kita untuk generasi yang lebih baik. Sekalipun banyak pemuda yang tidak memperhatikan hal ini. Aktifitas “pacaran” sudah tidak terbatas sekat apapun. Norma social menjadi kata-kata tanpa makna. Diberbagai sekolah menengah di Indonesia kini banyak yang telah ternoda kesuciannya, hamil, aborsi, hingga membunuh sang “pacar”. Atas nama cinta, rela memberi semua. Hari valentine dan tahun baru menjadi panen produk “kondom”, ini tanda berpestanya api neraka yang akan dimasuki orang-orang yang ikhlas melakukan dosa.
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat menyendiri, menyepi dengan seorang wanita, melainkan setan adalah yang ketiga diantara keduanya”. HR Tirmidzi. Hampir dari kita semua tahu bahkan mungkin hafal dengan hadits di atas. Namun memang kondisi ruang aktifitas kita berinteraksi terlalu bebas, banyak yang meremehkan hal ini. Sehingga kelanjutan menyepi dalam aktifitas “pacaran” akan menggedor pertahanan diri kita.
Jika saja sebelum berbuat kita sempatkan bertanya pada hati dan berpikir sejenak. Penodaan kesucian kita disetarakan dengan dosa syirik yang sulit terampuni. Sebab ini tanda hilangnya keimanan di hati kita. Bila tumbuh janin sebelum menikah, anak yang lahir mengikuti nasab (garis keturunan bin/binti). Anak itu juga tidak memiliki hak perwalian saat menikah dan hak waris. Akankah kita menyulitkan kehidupan anak-anak kita nanti? Sekali lagi, banyak kita tidak mengetahui hukum fiqh ini sehingga bila terjadi kehamilan sebelum menikah solusi singkatnya adalah mendapat dispensasi kawin dari KUA (Kantor Urusan Agama) untuk anak di bawah umur. Penelantaran anak maupun pembunuhan menjadi cerita panjang selanjutnya.
Hidup kita singkat, merencanakan dengan baik menjadi kewajiban kita untuk dapat mengisi keseharian kita dengan amal sholih. Jangan sampai Allah SWT pencipta kita “menyesal” menciptakan kita dikarenakan peran kita yang tidak sesuai amanah kehidupan. Manusia akan diminta pertanggungjawaban selama napas kita berhembus apa yang telah kita lakukan untuk mewariskan kehidupan esok. Sehingga generasi kita selanjutnya masih dapat melihat hidup dengan mata hati.
Islam memberi solusi bila kita telah menemukan cinta, sehingga kita tidak merusak diri dengan hal negative. Kesempurnaan ajaran Islam bukan semata fanatisme buta yang jauh dari realitas. Ajaran Islam menjawab tantangan dinamika kehidupan dengan ketetapannya yang memanusiakan manusia. Bila kita terlanjur salah pikir dan salah laku, maka sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun untuk hambaNya yang benar-benar mengakui kesalahan kemudian menghentikan perbuatan buruknya. Setelah itu menebarkan hikmah untuk manusia lain agar tidak terjerumus pada kesalahan yang sama.
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu mempunayi kemampuan untuk menikah, maka nikahlah. Sebab nikah dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Tetapi barang siapa belum mampu maka hendaklah shaum (berpuasa), sebab itu pelindung baginya. HR Bukhari.
Menikah baik-baik dengan niat menjaga diri dan karena ibadah akan menjaga kemuliaan diri dan keluarga kita. Tidak lagi ada cerita perselingkuhan, anak diluar nikah, kekerasan dan berbagai cerita yang tidak penting ada. Niat baik yang dilakukan dengan proses baik juga akan menghasilkan kebaikan yang banyak.
Kemampuan menikah bukan hanya sebatas materi, kesiapan mental dan ilmu untuk kita dapat menghargai ibadah penyempurna addin kita.  

Hidup kita adalah bagian dari sejarah masa depan, ukiran karya kita sekarang akan dapat mengubah dunia. Menjalani proses kehidupan yang diamanahkan pencipta kita dengan baik menjadi satu-satunya alasan kita menjaga akhlaq kita sebagai perwujudan keimanan. Bila hubungan kita dengan Allah SWT baik, maka akan tampak dari bagaimana kualitas hubungan kita dengan lingkungan sekitar kita. Silaturahim yang sehat, lingkungan yang bersih dan ibadah yang baik merupakan satu rangkaian kita menjadi manusia. Jika ada yang kurang baik, tanyakan pada diri kita mungkin ada yang masih kurang tepat.
Karena kita istimewa, maka istimewakan perilaku kita sebagai bentuk mengistimewakan Allah SWT yang Maha Istimewa.

Referensi
Al Hadist
Muhammad Nazhif Masykur dan Evi Ni’matuzzakiyah,2005, Cinta Kita Beda, Pro U Media.