Bismillahirahmanirrahim
Ku awali dengan nama Mu.. Allah Maha Rahim dan Rahman yang
menyatukan hati
Bersama bintang biru, aku paham makna hujan dalam tapak
jingga. Menyiapkan pelangi dalam sebuah kisah. Entah apa maknanya. Di sela
hujan, secangkir teh manis hangat menghangatkan hati yang sempat beku. Aku tak
tahu warna mu, nama mu dan tarian mu. Aku hanya tau setia mu yang menanti ku
dalam diam. Rindu yang katanya menganggu, ternyata…
Seperempat abad, napas ku menghiasi bumi. Kini tidak sempat
aku merasakan lagi, bagaimana wangi mu menemani ku. Beberapa kali aku ingin
berhenti berharap, namun setiap kali aku melihat jendela dan menatap hijau aku
kembali berharap. Suatu hari, diri mu hadir dalam segenggam hati yang kau
miliki hanya untuk ku.
Banyak orang, hanya mempertanyakan dan mendesak. Kapan
sempurnanya sayap ku berjuang melewati kisah hidup? Adakah, penduduk langit
mendoakan sepinya hati ku agar tetap gagah melewati ini. Aku berbeda, aku perlu
waktu melihat mu mendengar mu.
Hingga suatu ketika, semua orang terdekat ku mendesak tanpa
bertanya keadaan bagaimana keadaan ku? Aku menutup diri, mundur dan menyerah
menanti mu. Aku tidak mengetahui warna mu, aku hanya berharap Maha Rahim dan
Maha Rahman mengirim mu hanya untuk ku. Hanya untuk ku…
Kemarin, aku terdiam melihat seorang bunda yang membawa dua
putra dan seorang suami yang dianugerahi kebutaan mata. Bunda yang menampar ku
berkali-kali. Melihatnya mampu menerima sepenuh hati keadaan suaminya menjadi
pelajaran berharga. Ingin aku beri anugerah “the great women of the world”.
Menjadi tangan kanan suami dan sandaran bahu anak-anaknya. Kemana dirinya
menopang keletihannya?
Masih banyak perlu belajar dari kehidupan…
Mencintai adalah buah dari proses menerima. Tawaqal menjadi
kunci utama tanpa padanan kata yang tepat menggantinya. Menyiapkan rahim kita
menyambut anak-anak titipan langit untuk mewangikan dunia. Dimana kita menjadi
jalan kebaikan masa depan dunia.
Untuk sebuah pilar peradaban J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar