Selasa, 03 Juni 2014

perempuan

Bismillahirahmanirrahim
Ku awali dengan nama Mu.. Allah Maha Rahim dan Rahman yang menyatukan hati

Bersama bintang biru, aku paham makna hujan dalam tapak jingga. Menyiapkan pelangi dalam sebuah kisah. Entah apa maknanya. Di sela hujan, secangkir teh manis hangat menghangatkan hati yang sempat beku. Aku tak tahu warna mu, nama mu dan tarian mu. Aku hanya tau setia mu yang menanti ku dalam diam. Rindu yang katanya menganggu, ternyata…
Seperempat abad, napas ku menghiasi bumi. Kini tidak sempat aku merasakan lagi, bagaimana wangi mu menemani ku. Beberapa kali aku ingin berhenti berharap, namun setiap kali aku melihat jendela dan menatap hijau aku kembali berharap. Suatu hari, diri mu hadir dalam segenggam hati yang kau miliki hanya untuk ku.
Banyak orang, hanya mempertanyakan dan mendesak. Kapan sempurnanya sayap ku berjuang melewati kisah hidup? Adakah, penduduk langit mendoakan sepinya hati ku agar tetap gagah melewati ini. Aku berbeda, aku perlu waktu melihat mu mendengar mu.
Hingga suatu ketika, semua orang terdekat ku mendesak tanpa bertanya keadaan bagaimana keadaan ku? Aku menutup diri, mundur dan menyerah menanti mu. Aku tidak mengetahui warna mu, aku hanya berharap Maha Rahim dan Maha Rahman mengirim mu hanya untuk ku. Hanya untuk ku…
Kemarin, aku terdiam melihat seorang bunda yang membawa dua putra dan seorang suami yang dianugerahi kebutaan mata. Bunda yang menampar ku berkali-kali. Melihatnya mampu menerima sepenuh hati keadaan suaminya menjadi pelajaran berharga. Ingin aku beri anugerah “the great women of the world”. Menjadi tangan kanan suami dan sandaran bahu anak-anaknya. Kemana dirinya menopang keletihannya?
Masih banyak perlu belajar dari kehidupan…
Mencintai adalah buah dari proses menerima. Tawaqal menjadi kunci utama tanpa padanan kata yang tepat menggantinya. Menyiapkan rahim kita menyambut anak-anak titipan langit untuk mewangikan dunia. Dimana kita menjadi jalan kebaikan masa depan dunia.
Untuk sebuah pilar peradaban J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar