Minggu, 12 Mei 2013

teruntuk LASKAR PEMIMPIN



Assalamu’alaikum Laskar Pemimpin...
Hati ini merindukan keluhan teman-teman yang protes dengan segala yang terjadi selama kita bertemu dan bicara. Kerinduan ini menggerakkan jemari ku untuk menulis jejak kebersamaan kita yang indah, teman.
Aku mengawalinya dengan sebuah keputusan untuk ikut bergabung mengelola pelatihan Al Azhar yang tanggalnya bertepatan dengan ujian tengah semester di kampus. Ya, aku menyiapkan semua perkuliahan dan kehidupan pribadi ku untuk dapat mendampingi para pemimpin yang luar biasa. aku tidak ingin setengah hati menjalani apa yang ku cinta. Pelatihan PII dimana pun selalu menjadi kecintaan ku. PII (Pelajar Islam Indonesia) menjadi bagian yang membentuk ku untuk lebih memaknai hidup dengan perjuangan bagi anak-anak dunia.
Pelatihan kepemimpinan PII juga mengajari aku untuk memiliki keluarga yang bersama bercita-cita untuk kehidupan yang lebih indah. Kali ini, pelatihan PII berbeda dari biasanya. PII diundang Yayasan Pesantren Islam Al Azhar untuk Latihan Lanjutan Kepemimpinan OSIS se-Indonesia, tentu akan berbeda implementasi dari pelatihan PII yang biasa kami lakukan.
Tanggal 27 April 2013, kereta yang menjemput ku di stasiun Lempuyangan Yogyakarta menjemput ku pukul 17.10. Padahal ku lihat di web PJ KA pukul 19.30, jadi masih bisa menemani teman-teman di komunitas Sekolah Pasar Rakyat siaran di Jogja TV. Ternyata pukul 16.00, teman-teman tim instruktur dari Jawa Timur sudah berada di Solo. Artinya kurang lebih sejam sampai di stasiun Lempuyangan, posisi ku saat ini di Wonosari Bantul. Akhirnya harus terpaksa meninggalkan siaran teman-teman untuk dapat tepat waktu sampai di stasiun.
Alhamdulillah, tepat waktu dengan kereta api itu sungguh sesuatu J.
Ada Kang Mahrus, Yunda Dewi keduanya sudah kenal sebelumnya di Bali. Yunda Rima dan Kang Adit pertama bertemu, ditambah dua orang ustadz tim Bahasa Arab yang hingga kini saya tidak ingat namanya (maafkan daya ingat saya). Sepanjang perjalanan berbincang banyak hal, ide-ide mengubah dunia bisa juga menjadi topik seru di gerbong kereta api malam itu. Hingga menjelang tengah malam, satu per satu kita tertidur. Alam bertasbih menemani jalan juang ini, teman.
Pukul 02.00 dini hari, gerbong merapat di stasiun Pasar Senen. Tidur hanya beberapa jam, kemudian melangkahkan kaki kecil ini menuju markas pelajar terkeren versi PII di menteng raya 58 Jakarta Pusat. Mempertahankan mata hingga dapat sholat subuh dengan berbincang di asrama PII wati yang imut. Dan esok pagi langsung coaching instruktur dengan semua yang sudah hadir, Kang Afif, Kang Helmi, Kang Erlan, Yunda Khusnul, Yunda Tika dan ustadzah Puput. Kecuali Yunda Nani dan Yunda Femina yang sedang di perjalanan, kami berbincang menyiapkan acara esok.
Gempita pembukaan acara Latihan Lanjutan Kepemimpinan di gedung kampus pusat Al Azhar menyambut kami yang hadir dengan berbagai harapan di mata peserta. Kami berangkat kemudian menuju Cigombong, Bogor di gedung diklat Yayasan Pesantren Al Azhar. Sepanjang perjalanan menyiapkan hati dan meluruskan niat ini untuk ibadah. Agar hati ini dikuatkan dengan segala uji dan coba yang terjadi.
Udara sejuk menyambut kami serombongan orang yang ingin esok lebih indah dengan warna-warni cita yang kami bangun. Kami masuk ke asrama untuk merapikan barang yang kami bawa lalu menikmati makan siang di ruang makan, walau tanpa diiringi hembusan angin dingin puncak yang ku harap. Hehe, Bogor kini tidak sedingin kata orang. Lalu peserta diminta mengisi beberapa perangkat untuk memenuhi persyaratan kepesertaan. Siang ini, pertama kalinya aku bertemu dengan ke 29 anak yang akan belajar bersama selama empat hari ini. 
Muhamad Raihan Fadilah
Muhammad Izzatul Wildan
Nurul
Anindita
Amanda Putri Charissa
Farah Almira Syahira
Nadindra Paramadeya Parwoko
Dita Savana Aqsalia
Shafira Fadillah
Laksita Ashiila Widanti
Lani Diana Paulus
Adela Damika Putri
Mecca Muncar Widyarifa
Muhammad Ghiffari Fachreziansyah
Farrel Akbar Ghifari
Muhammad Rizki Galuh Pratama
Muhammad Fauzan Daffairuzi
Maulana Gibran
Helmi Nur Syaifullah
Imam Reza Syachputra
Hazel Raditya Mizumareru
Alvan Defara Indrasta
Ananda Findez Amar
Muhammad Berdauno
Ghazy Prima Daffa
Reflian Krisna R.
Mutiara Ramadani
Muhammad Randi Susila Bakti
Muhammad Kenzo

Walau terkesan kurang manusiawi, ruangan yang disiapkan kurang kondusif karena masing-masing kelompok akan saling menganggu dan jumlah anak yang terlalu banyak. Aku mengkhawatirkan ada seorang anak saja yang tidak dapat saya dampingi maksimal. Teman, tangan ini hanya terbatas kata untuk mengubah dunia. Langkah kaki ini terlalu kecil untuk menjangkau impian di birunya langit. Hanya keyakinan pada Maha Indah yang kan mengindahkan perjalanan ini pada pinta ku. Dua rakaat sholat hajat memberi kekuatan dan keyakinan ikhtiar tangan dan kaki ini. Insya Allah...
Maafkan bila ada nama yang salah dan tak teringat di memory ini. Namun pertemuan kita akan menjadi lembar indah yang sulit terlupa teman...
Sore pertama ini, kita bertemu pertama kali sebagai kelompok 1. Aku bersyukur, angka 1 selalu spesial untuk ku. Anak pertama yang lahir di hari pertama bulan November, itu yang membuat aku mencintai angka 1 yang tidak akan ada duanya. Di gazebo kita melingkar untuk berbincang rencana selama kegiatan di sini. Perkenalan singkat dengan menceritakan tujuan datang menjadi pencairan suasana di tembok hati kita masing-masing. Dan hal terindah adalah “LASKAR PEMIMPIN” menjadi nama kelompok kita.
Kebanggaan hati kecil ini untuk ke 29 anak istimewa yang Allah titipkan pada ku.
Aku melihat, mendengar, merasa, menghirup gelegak ruang kebaikan di tiap tatapan, kata dan segala pikiran ketika duduk bersama ke 29 LASKAR PEMIMPIN. Hingga kekesalan teman-teman ingin aku menyebut nama, Siti Aminah Zubaidah yang memiliki 7 orang “Muhammad” muda dan 22 orang sahabatnya. Gelar terkeren yang aku miliki, tentu tak sekeren bila dibandingkan “jempol-jempol”. Hehe.. peace untuk observer kelompok 1 terunyu yang pernah bekerja sama dengan ku.
Ingin sebenarnya bercerita banyak hal, namun waktu kita berbatas. Dari kejauhan hanya untaian doa yang bisa ku ucap, semoga LASKAR PEMIMPIN dapat mengawali sebuah cita-cita yang ingin terwujud. Sebuah “Rumah Senyum” untuk semua anak dunia yang broken home, broken society and broken family agar tetap menginspirasi kehidupan dengan menjadi Abdillah yang membanggakan Penciptanya.
Semua yang di dapat selama kebersamaan kita tidak akan ada artinya tanpa amal sholih yang kita upayakan. Dan di akhir pagi itu kita bersama mengikat hati ini, agar tetap dapat bersilaturahim. Menjadikan diri sebagai pemimpin yang mengubah dunia!! Bukan nama yang ingin aku ingat, tapi karya apa yang kita tinggal untuk kehidupan? Tidak hanya sibuk pada permasalahan diri, tapi kebermanfaatan kita untuk Islam. Semoga ini menjadi amal jariyah, anak (ideologis) yang sholih dan ilmu yang bermanfaat.
Maafkan aku tidak bisa memberi lebih dari ini...
Terima kasih untuk ke 29 bintang yang berpijar di sudut kelam langit, Allah sayang pada kita J dan pada tim instruktur yang luar biasa mendampingi ku belajar.
Sebab dunia hanya untuk orang-orang yang mengistimewakan Allah dalam tiap laku hidupnya.

                                                                Jejak cinta Laskar Pemimpin “Khilda Maulidiah”     

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar