Jumat, 17 Mei 2013

social movement, katanya


Perubahan social, tugas yang memang tak mudah namun juga sama sekali bukan suatu kemustahilan. Seiring jalan juang ini, aku ditemukan dengan berbagai rupa karakter mewarnai pelangi hari. Perubahan social menjadi agenda beberapa golongan, yang amat tajam analisis sosialnya. Dan itu sangat menusuk bagi pemimpin negeri yang nyaris tak pernah melakukan kebenaran. Diskusi yang dihadiri oleh berbagai gerakan perubahan social dari perwakilan provinsi dan luar negeri membuat suatu kesan tersendiri. Menggunakan tiga bahasa pengantar berbeda, tapi tetap dapat menangkap maksud dan target yang akan diperjuangkan. Obrolan konstruktif memetakan kebutuhan masyarakat langsung dengan tanpa membabi buta.
Kita kini bukan berbicara muslim sosialis, itu seperti air dan minyak yang sudah berbahan dasar berbeda. Menjadi muslim adalah I’tikad menghamba sepenuhnya dengan Penciptanya, kemudian berimplikasi pada pengabdian pada lingkungan sekitarnya. Kesolihan adalah perwujudan amal solih, tidak sebatas ritualitas belaka. Sebab cinta bukan hanya antara aku dan kamu, tapi kita.
Belajar mencintai keseimbangan dengan berperilaku sederhana. Cukup bekerja, cukup istirahat. Cukup ibadah, cukup beramal. Cukup memberi dan cukup menerima.
Berubahnya kondisi social hanya dapat terwujud dari rasa kebersamaan kita melangkahkan tujuan kaki-kaki kecil kita. Bila kita hanya ribut internal dengan membahas sekelumit permasalahan teknis yang tidak substantive, maka akan perlahan membunuh kita. Perjuangan ini menuntut pribadi-pribadi tangguh menjawab tantangan jaman yang terus berlari. Sebab jalan perjuangan ini tidak membutuhkan pribadi yang terus mengkritik secara destruktif tanpa solusi nyata.
Yang perlu kita sadari bersama adalah sebuah ideologi yang membawa orang-orang di dalamnya yang hidup tanpa ideologi....
Pilihannya hanya skeptic atau peduli….       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar