Perubahan social, tugas yang memang tak
mudah namun juga sama sekali bukan suatu kemustahilan. Seiring jalan juang ini,
aku ditemukan dengan berbagai rupa karakter mewarnai pelangi hari. Perubahan
social menjadi agenda beberapa golongan, yang amat tajam analisis sosialnya.
Dan itu sangat menusuk bagi pemimpin negeri yang nyaris tak pernah melakukan
kebenaran. Diskusi yang dihadiri oleh berbagai gerakan perubahan social dari
perwakilan provinsi dan luar negeri membuat suatu kesan tersendiri. Menggunakan
tiga bahasa pengantar berbeda, tapi tetap dapat menangkap maksud dan target
yang akan diperjuangkan. Obrolan konstruktif memetakan kebutuhan masyarakat
langsung dengan tanpa membabi buta.
Kita kini bukan berbicara muslim sosialis,
itu seperti air dan minyak yang sudah berbahan dasar berbeda. Menjadi muslim
adalah I’tikad menghamba sepenuhnya dengan Penciptanya, kemudian berimplikasi
pada pengabdian pada lingkungan sekitarnya. Kesolihan adalah perwujudan amal
solih, tidak sebatas ritualitas belaka. Sebab cinta bukan hanya antara aku dan
kamu, tapi kita.
Belajar mencintai keseimbangan dengan
berperilaku sederhana. Cukup bekerja, cukup istirahat. Cukup ibadah, cukup
beramal. Cukup memberi dan cukup menerima.
Berubahnya kondisi social hanya dapat
terwujud dari rasa kebersamaan kita melangkahkan tujuan kaki-kaki kecil kita.
Bila kita hanya ribut internal dengan membahas sekelumit permasalahan teknis
yang tidak substantive, maka akan perlahan membunuh kita. Perjuangan ini
menuntut pribadi-pribadi tangguh menjawab tantangan jaman yang terus berlari. Sebab
jalan perjuangan ini tidak membutuhkan pribadi yang terus mengkritik secara
destruktif tanpa solusi nyata.
Yang perlu kita sadari
bersama adalah sebuah ideologi yang membawa orang-orang di dalamnya yang hidup
tanpa ideologi....
Pilihannya hanya skeptic atau peduli….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar