Senja di ufuk menandakan matahari yang ingin beristirahat
Perjalanan yang melelahkan ini pasti akan
ada ujungnya…
Pelan,pelan… derak roda berputar
Mengantarkan pada sebuah arti
Mengartikan setiap langkah yang kita buat
Ufuk langit yang memerah kini menjingga
berjelaga di tepian pantai
Debur ombak jantung ku, karena duduk di sini…
Memandang bintang biru itu menghampiri rinai
air di sudut mata
Merengkuh kekhawatiran ku, dan berkata “semua
akan baik-baik saja”
Di senja Oktober, aku berdiri mananti rintik
November
Agar kering ini usai, dan tarian ku semarak
Bersama aku yakin bisa mencipta cita…
Gemerlap mu hanya eksotika relung ku
Tak ada yang mampu pahami…
Sebab bintang ada yang hanya biru…
Melengkapi, mendukung dan menyenangkan
Semua ini hanya senandung doa yang ku sampaikan
pada maha Hidup
Agar aku tetap yakin, dirimu pun merasa yang
sama
Sebab rasa kita adalah karya, bukan sekedar
kata
Membangun prasasti keabadian yang lahir dari
seorang yang terpuji dan amat dikasihi Penciptanya
Terima kasih detik yang berdetak
Aku mengerti dan memahami penundaan kebaikan
sebagai jalan menjadi lebih menghargai mu
Bersama rintik siang yang sebelumnya menyengatkan peluh,
langit menghitam diiringi nyanyian gemuruh. Bersanding antara hujan dan awan.
Perjalanan menanti itu bukan untuk pejuang, karena pejuang yang maju menaklukan
waktu dengan pedangnya. Keberanian menghadapi badai yang sewaktu-waktu akan
tiba, atau mengorbankan rasa untuk warna yang lebih indah lagi semarak. Aku pun
masih mencari diantara repihan kebenaran itu. Antara angin yang sejuk atau
hanya angin dalam imaji ku saja? Di tepi november ini aku masih berdoa, menyapa
ku dengan tanda yang ku beri. Jingga, adalah cahaya segemerlap mu lagi… Diantar
bintang biru yang ku genggam, tangan mu mengusap embun di wajah pagi. Memendar
sisa rembulan yang malu-malu menampakkan rasa. Maha Cinta yang begitu mudah
tampil merengkuh senyuman yang lama terkubur gelap. Berikan aku satu bintang
itu, untuk menemani ku menyempurnakan kelopak bunga ku yang ingin kuat
menyambut tetesan rintik yang nanti menguat. Bersama, aku akan mengerti betapa
mata ku lebih kemilau terpantul di mata mu yang lentik. Jemari ku tak akan
lelah menulis nama mu di tiap lembar yang ku temui. Angin, antarkan ia lebih
cepat. Aku takut hati ku akan membeku kedinginan. Aku sudah menemukannya di
sudut rinai lembayung senja. Ijinkan aku memberikan segenap rasa untuk
mencintai karena Maha Cinta yang menginginkannya. Memberinya waktu ku untuk
dapat saling memahami dunia itu terdiri dari banyak warna. Bila kita terus
menjejakkan lembaran waktu dengan kebaikan. Aku hanya ingin sebuah
kesederhanaan makna dari semua ini. Memudahkanku melangkah di pijakan
selanjutnya. Meningkatkan kualitas cinta pada Sang Maha saat aku memilih.
Karena kualitas cinta ini akan menjadi bukti kebersyukuran ku telah ditemukan
dengan mu. Diantara mimpi dan cita cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar