Rabu, 06 Agustus 2014

jejak senja


Bismillahirrahmanirrahim
Kembali melewati senja di gerbong kereta, menikmati perjalanan di temaram langit. Panggilan ini ku sebut panggilan jihad. Ke medan juang yang mengajarkan banyak hal, meninggalkan dunia nyata sejenak. Kuliah, kerja dan keluarga untuk sebuah asa. Gerakan kita semakin jelas, nyata dan terarah.
Dan hujan… mendera atap stasiun tempat ku duduk menunggu kereta malam yang mengantar ke ibu  kota. Kemudian terbang menuju tanah batak. Diiringi nyanyian mars dan hymne kebesaran.
PII, oh PII dikau ku cinta.
Berbagai cita membangun ummat dengan segala kemampuan yang ada. Belajar di tiap prosesnya… Letih kadang, tapi ketika melihat semangat mereka belajar. Mereka yang menyimpan semangat perubahan dan pengubah menuju Izzul Islam wal Muslimin. Sebuah gelegak idealism yang terbangun sejak pertama mengenal gerakan ini. Ramadan 1425 / 2004 bertemu dan melihat kumpulan orang aneh yang berjualan menu berbuka puasa di pinggir jalan. Aneh, kusebut aneh karena pengguna jilbab di daerah kami disebut “makhluk sok suci, yang tak bertelinga / berambut. Bahkan panggilan ninja dan pocong pun pernah”. Semangat pertemanan ini sederhana, namun unik.
Di detik ini aku telah menyelesaikan lebih dari niat ku berstruktur, dan mencapai purna menjadi seorang instruktur leadership advance training. Dengan segala konsekuensi yang harus terus dibenturkan kemudian sedikit berkompromi. Menunda ujian kuliah, menyimpan sejenak pekerjaan dan meyakinkan pada keluarga bahwa aku punya cukup bekal dan baik-baik saja. Tidak terasa,10 tahun mengenal gerakan ini banyak mengajarkan aku makna hidup. Hingga di satu titik aku pernah berazam, “HIDUP ADALAH PERJUANGAN DAN BERHENTI BERJUANG ADALAH BERHENTI HIDUP”. Tidak sedikit orang yang “luar” melihat aku aneh. Ya, mungkin ini bagian dari konsekuensi berkumpul dengan orang aneh. Aneh di jaman yang tidak lagi meilhat lebih dalam.
Al Ghurobaa’. Orang terasing. Semoga…
Di tengah penatnya bertahan hidup di tanah rantau kota pendidikan, meninggalkan masa kecil di pulau para dewa. Hanya untuk menguatkan keyakinan ku terhadap ajaran yang ku pilih dan yakini. Berkesempatan menginjak ibu kota, tanah minang,tanah batak, tanah rencong dan tanah bugis. Tak habis ku keliling 6 provinsi se-Jawa. Karawang, Sidoarjo, Tasikmalaya, Garut,  Bandung, Serang, Kebumen, Yogyakarta, Magelang, Tegal dan entah mungkin ada lagi. Setiap perjalanan yang selalu mengajarkan banyak hal. Semakin kesini, semakin nyata alas an mengapa hingga kini masih berupaya bertahan. Ada dasar ideology yang kami perjuangkan. Walau tidak dinafikkan internal masih banyak perlu koreksi. Masih perlu banyak belajar.
Jangan tanya alamat ku, pasti akan ku beri alamat sesuai dengan dimana ransel ku berada.
Diantara pemilihan RI 1 yang arahnya tidak jelas, dentuman Gaza, kita harus terus bergerak. Atau mati, sahabat !!!
Perjalanan membentuk jejak ini mengajarkan aku untuk semakin kuat berazam, kuat menggenggam bara api, kuat menahan perih. Memperjuangkan Islam tidak hanya air mata dan peluh, tapi berdarah-darah. Semoga bertemu dengan teman seperjuangan yang terus mendukung untuk tetap berjalan. Tetap berjalan…
Kembali ku, pun saat senja beranjak. Meninggalkan idealisme itu dalah sebuah ruang yang hanya dapat termanjakan dalam training. Hidup ini nyata, teman. Kembali dalam kehidupan nyata artinya berkompromi antara idealisme dan realitas. Selama itu tidak dosa… Jalan sajalah.
Terbang menembus langit malam kemudian mendarat untuk melanjutkan jejak berikutnya…

Semoga mampu menutup amanah dengan menyiapkan pengganti yang lebih kuat.

Yogyakarta, 3 Syawal 1345 / 30.7.2014
Sepulang marathon training
Leadership Intermediate Tegal – Jateng , akhir Sya’ban – awal Ramadan 1435 / 22 – 29 Juni 2014
Leadership Basic Magelang – Jogbes, awal Ramadan 1435 / 30 Juni – 5 Juli 2014
Leadership Advance Medan – Sumut, tengah Ramadan / 11 Juli 2014 – selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar