Sabtu, 20 April 2013

sebuah kekuatan



Bermohonlah kekuatan untuk dapat melewati semua ini dengan baik dan jadi seorang pemenang yang menginspirasi kehidupan…
Karena kekuatan hanya akan diberikan untuk orang yang bersabar dalam proses yang mendewasakan dan ikhlas dalam jalan juang member yang terbaik. Sehingga bermohon kemudahan hanya untuk batasan yang kecil saja. Demikian hikmah besar yang dapat dirasa setelah melewati ini semua. Tidak menjadikan tetes air mata dan derai tawa hanya untuk urusan dunia yang unyu ini.
Tegas membatasi diri untuk tidak meratapi yang terjadi, mintalah ampun pada Maha Pengampun. Mungkin ada khilaf yang tidak disadari, kurangnya syukur yang menjelma dalam karya. Bersandar hanya pada Maha Kuat untuk mendapat kekuatan diri yang terjaga dari silau dunia.
Jika bukan sesuai rencana kita, itu artinya kita tengah dalam rencanaNya yang jauh lebih indah.
Kita hanya mampu usaha dan ikhlas yang maksimal, hingga pertolongan dari jawaban di tiap nyanyian pinta kita dapat menghampiri kita. Tidak ada lagi alasan aku masih disini, berdiri, menanti… Kecuali alasan keyakinan akan sebuah makna yang indah.
Kekuatan akan lahir setelah banyak berlatih, sehingga otot kita terbiasa dengan semua.

Rabu, 17 April 2013

kesulitan krn kesalahan


Kesalahan kita memahami sesuatu hanya bisa menyelesaikan masalah sebatas rantingnya. Memahami semua kejadian hingga akarnya agar dapat menyelesaikan masalah secara istimewa.
Dalam sebuah lemabaran majalah, aku menemukan liputan tentang penemuan sebuah alat “pencegahan” pelecehan seksual pada perempuan yang kini marak. Alat ini dibuat oleh salah seorang mahasiswa teknik salah satu perguruan tinggi di India, karena kegelisahannya melihat maraknya pelecehan yang terjadi di negaranya.
Alat ini digunakan di dalam balutan pakaian luar yang akan mengeluarkan sengat listrik ketika mendapat tekanan paksa yang otomatis menyalakan fungsi GPS (Global Positioning System) sehingga dapat segera menghubungi telepon darurat. Unik.. Nilainya adalah ada dari kita lebih fokus pada solusi penyelesaian masalah. Yang kemudian banyak diantara kita hanya saling tuding dan saling tunjuk kesalahan.
Namun coba kita lihat kembali permasalah yang menjadi akarnya.
Maraknya pelecehan seksual terjadi karena tingginya intesitas media menampilkan berbagai hal yang memantik hasrat. Laki-laki atau perempuan kini tidak berbeda, sama-sama saling menggoda dan saling digoda. Lemahnya pemahaman diri, pengetahuan dan kontrol masyarakat makin memberi ruang pelecehan seksual tinggi.
Permasalahan yang timbul di masyarakat bukan untuk sekedar potong kompas dengan proses “pengobatan” setelah permasalahan ada. Proses pencegahan juga akan sangat penting dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya pemahaman diri dalam masyarakat maka akan meningkatkan karakter.
Laki-laki dan perempuan yang memiliki kecenderungan kemudian dibatasi dengan batasan yang tegas untuk dapat saling menjaga. Laki-laki menjaga pandangan dan kemaluan. Perempuan pula menjaga pandangan dan kemaluan. Sehingga semua proses pergaulan akan menjadi lebih tertata.
Bersabar hanya dalam menjalankan kebaikan, dalam mencegah keburukan dan dalam ujian. Bukanlah kesabaran bila diam pada keburukan di sekitar kita.
Teruntuk hati yang menjaga kepatuhan J
     

Sabtu, 06 April 2013

tik..tik.. bunyi hujan..


Kita diciptakan lebih kuat dari keadaan, semangat dan kuatnya niat akan mengiringi usaha dan ikhlas yang luar biasa.  Pencipta kita adalah Maha Kuat, bersandar dan yakinkan perjalanan kita padaNya. Jika yang Maha Kuat saja kita khianati, tentu tidak lebih sulit kita mengkhianati makhluk ciptaanNya. Usaha yang kita lakukan di dunia hanya pohon amal yang buahnya esok di taman surga, namun bila tak beriring dengan ikhlas pohon itu akan rapuh. Mudah berpindah dengan hanya sebuah tiupan angin.
Kehadiran kita disini untuk mengelola bumi untuk kehidupan yang lebih baik. Menjalankan peran sebagai pemimpin yang nantinya dimintai pertanggungjawabannya. Terus bergerak dalam proses usaha sebaik-baiknya. Hanya berharap Pencipta kita tersenyum dan bangga dengan amal yang kita lakukan. Karena Pencipta kita juga Maha Mensyukuri, sehingga amat tahu bagaimana kita pantas mendapat balasan.
Walau memang terkadang kita tidak menyadari bahwa kitalah yang menyebabkan penghalang kemudahan itu hadir. Dengan kesalahan demi kesalahan yang terus kita tanam. Hingga kita dapat kembali menjalani hari dengan hati. Hati adalah perbedaan kita dengan makhluk lainnya, tanpa hati kita hanya segumpal daging tiada arti.

Kamis, 04 April 2013

bertemu artikel bagus


Air, Api, Rumput


Rasulullah SAW bersabda: ''An-Naas syurokaa fi tsalatsin, fil-maa wal-kalaa wan-naaro.'' Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput, dan api. (HR Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah). Dalam riwayat Imam Thabrani di tambah dengan garam (al-milh).

Hadis tersebut menjelaskan bahwa air, api, dan rumput merupakan hak milik bersama. Pengawasan dan perlindungan atas hak milik bersama menjadi tanggung jawab negara. Dengan demikian semua sumber daya air, api, rumput, dan garam berada di bawah pengelolaan negara dan menjadi milik negara.

Kebutuhan akan air merupakan kebutuhan semua makhluk hidup. Para ilmuwan dan antariksawan mencoba melakukan penelitian terhadap bulan dan mars, dua benda langit yang terdekat dengan bumi, untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda kehidupan di sana. Indikatornya adalah air, namun hingga hari ini belum ditemukan tanda-tanda adanya air di sana. Allah telah menyatakan dalam al-Quran: ''Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.'' (QS al-Anbiya: 30).

Sumber daya api sungguh banyak, terdiri dari tambang minyak, batubara, gas alam, energi matahari, tenaga listrik. Para ulama lebih jauh menetapkan bahwa segala jenis tambang di bumi adalah milik negara, termasuk tambang garam yang memiliki deposit tinggi. Rasulullah SAW pernah menarik kembali tambang garam yang semula diberikan kepada Abidh bin Hamal al-Mazani, setelah Rasul mengetahui bahwa depositnya laksana air yang mengalir. (HR Abu Daud).

Rumput menurut Imam Syaukani dalam kitab Nailul Authaar, adalah gunung, bukit, lembah, hutan belantara, dan padang rumput. Semua ini tak boleh menjadi milik perorangan, atau privat. Undang-Undang Sumber Daya Air yang kini sudah disahkan DPR, konon merupakan pesanan khusus pihak Bank Dunia dengan imbalan utang 300 juta dolar AS dalam program Watsal (Water Resources Sector Adjusment Loan). Undang-undang ini membuka peluang yang sangat besar bagi pengalihan milik rakyat atas berbagai sumber mata air kepada milik swasta yang nota bene dikuasai oleh perusahaan asing.

Demam privatisasi ternyata tidak saja menimpa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan lembaga pendidikan, namun lebih jauh menjangkau ketiga sumber daya: air, api, dan rumput yang menjadi kebutuhan primer manusia. Kita berharap pemilu 2004 ini berhasil memilih wakil-wakil rakyat yang mempunyai kepedulian yang tinggi dan keperpihakan pada rakyat, sehingga mampu menarik kembali hak milik rakyat atau negara yang kini banyak beralih menjadi milik individu.






Muhammad Abbas Aula
Republika Online
Senin, 17 Mei 2004

Rabu, 03 April 2013

adopsi paksa


Duduk di kantin kampus menjelang senja, menunggu dosen yang tak jelas kemana dan dimana. Kemarin menyempat membuka majalah Tempo edisi Maret 2013 yang dijual. Mungkin tak terlalu banyak headline berita yang menarik buat ku yang memang kurang tertarik pada pemberitaan politis. Yah, memang itu jadi kekurangan. Apatis dengan nilai politis yang kini abu-abu melihat kebenaran. Dan ini jelas bukan sikap yang baik. Sebab dunia tak hanya masalah pendidikan, kebudayaan, psikologi, Islam, agama, sosial, bahasa dan masih banyak lagi.
Kehidupan manusia memang diwarnai dengan bakat masalah kompleks yang menjadi ukuran kualitas diri kita menghadapinya.
Satu topik yang paling menarik, bahkan menggugah. “Adopsi Paksa”, begitu tulisan di salah satu kolom kecil yang menceritakan kondisi masyarakat Australia yang mendapat kebijakan pemerintahnya sekitar tahun 1950-1970an. Berdasarkan penelitian, ada sekitar 225.000 bayi yang mengalami adopsi paksa. Disebut demikian karena banyak ibu yang dikondisikan untuk memberikan anaknya agar dapat diasuh keluarga lain. Menariknya adalah anak-anak adopsi ini merupakan anak yang lahir di luar pernikahan, tanpa ayah dan status keluarga yang jelas. Terbayang kondisi sosiomasyarakat ketika itu.
Tidak berlebihan bila ini disebut dengan “ledakan”, fenomena kehidupan yang jauh dari nilai keberadaban. Entah, peradaban mana yang bisa dikatakan maju? Ukuran kemajuan suatu negara lebih dilihat pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kering nilai. Disini kita mengatakan untuk tidak menyetujui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun lebih pada kesadaran akan pentingnya mensejajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat yang sehat.
Pemerintah Australia kini memberi kompensasi kepada keluarga yang terpisah sekitar Aus$ 50.000.00 atau sekitar Rp. 50.000.000.000. Rp 50 miliar tersebut untuk biaya rehabilitasi psikis yang dialami korban. Bukan uang, namun luka yang ditimbulkan tidak mudah begitu saja dihilangkan. Semoga ini bukan dramatisasi, tapi lebih pada introspeksi.
Indonesia yang memiliki budaya timur, kini mulai berjalan ke arah itu. Walau secara geografis Indonesia dan Australia berada pada garis bujur dan lintang yang tidak terlalu jauh, namun secara kebudayaan “seharusnya” berbeda. Kini Indonesia telah habis terjajah psikologis dengan gempuran budaya yang semua masuk tanpa filter. Indonesia terlalu “naif”, dengan dalih globalisasi kita lantas menerima berbagai budaya hingga menggeser budaya nenek moyang secara langsung.
Pemuda Indonesia sekarang secara umum tidak lagi dikatakan sedikit yang menjadi korban tren gaya hidup bebas seperti ini. Bila “ledakan” ini tidak segera ditangani, akan lebih banyak ketidakjelasan yang akan tampak. Banyak anak yang membangun rumah tangga dari serpihan yang rapuh, tidak berdasarkan kesadaran melanjutkan kehidupan. Anak-anak yang terlahir akan krisis identitas, itu akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan.
Tidakkah kita menyiapkan generasi yang lebih baik esok?