Senin, 19 Januari 2015

aksi sejuta buku


Dari satu hari dari masa lalu, saya tersentak oleh salah satu taushiyah Aa’ Gym tentang 3M: Mulailah dari dirimu sendiri, Mulailah dari hal-hal kecil, dan mulailah sekarang juga. 

Saya termasuk orang yang tidak tertarik“kalkulasi pahala” dalam hal apa pun, lantaran saya merasa berkewajiban untuk selalu bisa tahu diri bahwa kalkulasi pahala adalah hak prerogatif Tuhan. Dibalik aksi apa pun, satu-satunya hal konkret yang bisa kita “ayemkan” dalam hati hanyalah “takaran kemanfaatan”. Kata Nabi, “Orang terbaik di antaramu adalah orang yang paling bermanfaat.”

Saat saya shalat ‘Ashr di Masjid Ta’awun Puncak Bogor usai meeting, saya dapat cerita dari mas penyedia kopi gratis, bahwa semua pembangunan masjid dan operasionalnya ditanggung oleh seseorang. Termasuk kopi gratisnya itu. Mati dah saya! Saat diberi tahu ada seseorang yang membangun jembatan di pelosok-pelosok jauh dengan biayanya sendiri, saya kembali mati telak! Saya juga pernah mati total saat diceritain bahwa ada sekelompok orang yang keliling untuk membersihkan toilet-toilet umum dengan gratis. Saya kembali mati tanpa ampun ketika seorang kawan pengasuh pesantren di pelosok desa berkisah bahwa ada tamunya yang datang bawa mobil, lalu pulang jalan kaki, setelah menyerahkan mobilnya untuk pesantren itu.

             Tuhan ada di mana-mana benar. Semut pun diketahui-Nya dengan sempurna, apalagi ini “orang-orang gila” yang berkali-kali bikin saya mati mendadak.

             Tentu, menjadi bermanfaat bukan kok dengan cara menjadi ustadz mulu. Ngisi pengajian di masjid-masjid mulu. Itu hanya satu pilihan, di luarnya sejuta pilihan tersedia.
              Ah, saya tak tahu harus berbuat apa untuk diri saya, sebagai usaha untuk “gila” itu. Saya mimpi suatu hari bikin masjid di sebuah jalan antar kota antar provinsi, lalu banyak orang yang shalat, mandi, pipis, istirahat di sana. Ah, itu keren! Tapi, saya nggak tahu kapan bisa mewujudkannya.
Saya juga mimpi bikin 1000 gerobak angkringan plus isinya untuk para pengangguran. Ah, ini tsakep banget! Tapi, kapan saya bisa mewujudkannya?

             Saya juga berkhayal setiap keluar kota bawa mobil kan berhenti di tiap masjid hingga mushalla SPBU dan meletakkan 2 sarung dan 2 mukenah di sana. Ah, ini pasti guanteng banget! Tapi, kapan saya sempat begitu?
Di antara sekian banyak mimpi yang pernah terlintas, saya bisa mewujudkan satu hal sekarang. Saya punya jutaan buku di gudang. Ya, jutaan! Oke, mari kita wujudkan #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaan bersama-sama. Ya, harus bersama-sama kalian semua yang minat jadi volunteer gerakan ini.

1. #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaan inispiritnya “kemanfaatan umum”, karenanya penerimanya haruslah sebuah perpustakaan/taman bacaan yang meminjamkan buku-buku dengan gratis. Entah itu perpustakaan mushalla, masjid, desa, kecamatan, TPA, pesantren, sekolah, komunitas, gereja, vihara, dll., lintas agamalah. Yang penting dikonsumsi orang banyak (bukan pribadi).

2. Kalian yang minat silakan ajukan proposal (kirimvia pos atau datang langsung ke kantor). Isinya: data diri kalian (nama asli, alamat, HP, email, twitter, FB) yang akan menyalurkan buku-buku tersebut dan profil singkat dan alamat lengkap perpustakaan/taman bacaan calon penerima (ceritakan pula tentang calon pembacanya).

3. Aksi ini gratis setelak-telaknya untuk lembaga di seluruh Indonesia.  Silakan kawan-kawan bisa langsung mengambil paket bukunya langsung ke kantor DIVA Press Group dalam jam kerja hari Senin-Jum’at pukul 09.00 – 16.00 (12.00 – 13.30 istirahat), ketemu Mas Dion dengan membawa print data diri dan profil tadi.

CV DIVA Press
Sampangan gang Perkutut 325 B
Baturetno Banguntapan
Jalan Wonosari km 7 Jogjakarta 55197

4. Setiap perpustakaan/taman bacaan yang diajukan, yang memenuhi spirit  umum tersebut, akan mendapatkan 100 eksemplar buku yang judul-judulnya kami pilih (buku-buku tersebut adalah buku layak baca, bukan buku cacat). Jika ada buku-buku yang dirasa tidak pas dengan segmen pembaca perpustakaan/tamanbacaan penerimanya, kami mohon kesediaannya untuk menghibahkan kepada perpustakaan/taman bacaan lain yang dinilai tepat.

5. Setiap orang boleh mengajukan lebih dari satu perpustakaan/taman bacaan yang berbeda, dengan membuat proposal pengajuan sendiri-sendiri. Jadi satu proposal pengajuan hanya untuk satu taman bacaan/perpus. Demikian seterusnya.

6. Perpustakaan/taman bacaan yang sudah menerima buku dari #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaan dimohon untuk tidak mengajukan lagi demi pemerataan penerimanya. Mulai April 2014, kami tidak lagi melayani pengiriman paket buku gratis ke luar kota. Semua pemohon agar mengambil sendiri paketnya ke kantor kami. Mohon maklumnya ya DIVAmate.

7. Bagi yang berminat, silakan langsung mengambil paket buku ke kantor kami di Jogja.

8. Mungkin saja sih ada “oknum” yang tega melukai #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaan ini. Biarinlah Tuhan yang urus jika ada yang tega begituan. We just need to trust each other to realize what we dream.


9.Jika sudah menerima paketnya, mohon infoin kami melalui media apa pun yang ada pada kami, bisa di twitter (@divapress01) atau FB (Penerbit DIVA Press).

Lets, Guys, bantuin yah, bantuin mewujudkan #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaan ini. Hanya dengan bantuan kalian, aksi ini akan benar-benar memberikan manfaatnya. Alfumabruk lak!



By: Edi Akhiles (CEO DIVA Press Group)


bunda pergi...


Dalam gelaran kehidupan yang carut marut, ada sebuah jejak yang kemudian aku temukan. Sebabnya mendasar, Bunda pergi. Akar permasalahan yang banyak terjadi akibat sekelumit dunia yang dikejar. Naïf mungkin, tapi aku tak pernah tertarik dengan gemerlap materi yang justru membuat hati ini tidak tenang. Iya, hanya ketenangan yang kita cari untuk menjadi berarti.
Tenang menjalani kehidupan dengan segala potensi yang diamanahkan untuk terus diasah. Tenang menutup usia dalam keadaan terbaik. Air mata dan darah yang menjadi saksi perjuangan. Bahwa, aku juga punya kontribusi. Merindukan kematian yang indah sebagai gerbang bertemu dengan Maha Pencipta. Kemudian bercerita tentang apa yang pernah ku lakukan selama 27 tahun ini.
Memohonkan ampunan, dan berterimakasih untuk semua keindahan yang terlewati. Lalu meminta pertolongan yang terbaik dari Nya, untuk tetap bersama ku. Menemani melewati ini, semua pekerjaan yang ku lakukan untuk sebuah ridho. Hanya pada Mu hidupku, matiku, ibadah ku…
Bersiap untuk menjadi pendamping seseorang yang dikirim untuk menggenapi din, lalu menjadi Bunda. Bila saja pekerjaan menjadi Bunda di rumah mendapat penghargaan yang layak, mungkin rahim peradaban akan banyak terlahir. Bunda yang hebat akan melahirkan generasi hebat. Kemana dirimu, wahai Bunda. Temani untuk belajar menjadi seorang Bunda penggerak peradaban.
Bunda,
Kehadiran mu menjadi sebuah mula kehidupan. Semua makhluk langit dan bumi berzikir untuk mu. Surga di kendalimu. Tiang Negara dirimu pancangkan. Perhiasan terindah dalam ketaatanmu.

Kamis, 15 Januari 2015

kembali berjalan


Bismillah, dengan nama Allah

Perjalanan…
Tidak pernah bosan, aku menjejakkan kehidupan ku di setiap perjalanan yang ku lalui. Aku ingin terus belajar menjejak makna di tiap lembar jejak kehidupan yang ku buat.
Di saat di ujung keletihan, hanya doa pada Nya yang menguatkan. Serakan hidup yang coba terus ku satukan untuk menyambut kelahiran mereka. Anak-anak yang akan menemani sisa hidup ku untuk berkeliling dunia. Belajar sejarah kejayaan peradaban Islam untuk mempersiapkan diri menyambut kembali datangnya kejayaan peradaban Islam selanjutnya.
Bersatu dengan rombongan gerbong penjemput Izzul Islam wal Muslimin.
Tidak sekedar menjadi penonton di luar ring, tapi bertarung…
Memperkenalkan masyarakat madinah era Rasulullah, indahnya ilmu pengetahuan yang menjadi jembata menuju Al Aliim di Andalusia, Baghdad, Mauritania. Belajar Islam di daerah tertindas seperti Palestine, Pattani, Papua, Bali.
Islam memang akan jadi musuh abadi setan berupa jin dan manusia.
Islam adalah hidup, dihidupkan orang-orang yang berpikir dan beramal. Semakin mengenal Islam semakin mencintai hidup. Karena paham alasan dan tujuan hidup, kita lebih banyak menyiapkan karya untuk dipersembahkan pada pemilik Hidup…
“Genggam dunia di tangan, bukan di hati”, Ali bin Abi Thalib
“Matilah setelah menjelajah bumi dan menjejak makna hidup”. Khilda Maulidiah

*bawa peta kemana-mana untuk mempermudah perjalanan mu
*membaca buku dan semesta J

Semoga keluarga yang dibangun membuka gerbang peradaban Islam,
Selamat datang Adabi Madinah dan Adiba Andalusia, selanjutnya akan menyusul Azzahro Granada dan Al Fath Palestine. Ayyash dan Azzam.

Jumat, 09 Januari 2015

Islam Andalusia


ISLAM ANDALUSIA (Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan)
Ahmad Thomson dan Muhammad ‘Ata’Ur Rahim
Hal. 48-50

Tembikar Malaga, kain Murcia, sutra Almeria dan Granada, hiasan gantung terbuat dari kulit di Kordoba, senjata-senjata Toledo, semuanya amat terkenal di mana-mana. Mereka mengolah semua material untuk perdagangan yang menguntungkan dengan dunia luar, yang distimulasi oleh reputasi universal para saudagarnya yang terkenal jujur dan tulus hati. Kesetiaan mereka yang amat teguh dalam memegang janji menjadi buah bibir yang terkenal di mana. Kaum muslimin bersikap tenang dalam tingkah laku mereka dan dalam memuaskan hasrat mereka. Tidak ada pengemis di antara mereka sebab mereka merawat orang-orang miskin dan anak-anak yatim mereka dengan penuh kasih sayang. Mereka menyelesaikan semua perselisihan di antara mereka sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan as Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Karena Andalusia terkenal akan kemakmurannya, orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang diketahui saat itu berduyun-duyun pindah untuk tinggal menetap di sana. Ibukota baru Andalusia, Kordoba, menjadi pusat belajar dan pusat ilmu pengetahuan. Semua anak-anak di sana diajari membaca, menulis, dan aritmatika di masjid-masjid. Mereka pun tentunya diajari pengetahuan dasar mengenai Al Qur’an dan Hadits, dan tentu saja bahasa Arab. Dari dasar yang umum ini, setiap orang yang berkeinginan melanjutkan pelajaran mereka lebih jauh dapat mengatur kesempatan untuk diajari dan dibimbing oleh salah satu dari begitu banyak guru terpelajar di Andalusia.
Berdasar pada pengetahuan mengenai Al Qur’an dan cara hidup Nabi Muhammad Saw, kaum Muslim Andalusia mengeksplorasi dan mendapat keuntungan dari sains yang berkenaan dengan dunia yang tampak ataupun yang gaib, dan tentu saja pengetahuan tertinggi dari segala pengetahuan, ma’rifah. Apa yang meliputi semua aktifitas mereka di hari-hari awal Islam di Andalusia adalah ibadah kepada Allah Swt. dan pengetahuan mengenai apa yang akan terjadi setelah kematian. Kaum Muslim pertama di Andalusia mengetahui betapa singkatnya kehidupan ini dan mereka menjalaninya dengan maksimal. Mereka mengetahui bahwa mereka tengah berada dalam perjalanan, yang akan berlanjut nanti setelah kematian dan mereka akan memasuki alam Akhirat yang akan membawa mereka ke Taman Surga atau justru ke dalam Api Neraka-dan karena itulah mereka menjalani kehidupan mereka dan mempersiapkan diri untuk kematian mereka.
Hanya dengan cara mengikuti Al Qur’an dan as Sunnah dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik dalam cara mereka menyembah Sang Pencipta, atau mengejar pengetahuan, atau bertingkah laku terhadap keluarga dan teman-teman mereka, atau mengadakan transaksi-transaksi di pasar, atau dalam medan tempur, para Muslim di Andalusia mampu menopang jalan hidup yang sangat bersih dan menguntungkan.
Akan tetapi, segera setelah kaum Muslim yang datang setelah mereka itu mulai memalingkan wajah untuk lebih cenderung pada dunia ini dan melupakan alam Akhirat, serta mulai meninggalkan apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, organisme sosial yang kompleks-yang merupakan bagian dari mereka secara tak terpisahkan, dan yang telah menjunjung jalan tengah, yakni Islam-pun mengalami kejatuhan dan kehancurannya.

Harus ditegaskan bahwa Islam bukanlah “seni” dan bukan pula “budaya”. Islam merupakan jalan hidup yang membuka hati penganutnya akan makna eksistensi. Jadi, peningkatan apa pun dalam kemegahan lahir biasanya merupakan tanda dari penurunan dalam ilumniasi batin, kemunculan perpustakaan-perpustakaan serta buku-buku pengetahuan-sekali waktu dideskripsikan orang-orang sebagai “secuil informasi yang belum tercerna”-biasanya merupakan tanda menghilangnya orang-orang yang memiliki pengetahuan sejati mengenai Allah, pengetahuan dan hikmah yang hanya dapat ditemukan dalam hati yang hidup, bukan dari buku-buku.
Sejauh menyangkut sejarah kaum Muslim, karya-karya agung berupa seni dan bangunan-bangunan menakjubkan, yang biasanya dirayakan oleh para ahli sejarah resmi sebagai tanda-tanda sebuah kebudayaan yang maju dan masyarakat yang memiliki peradaban tinggi, pada faktanya merupakan tanda-tanda kejatuhan dari titik yang mulia, tempat pernah sebuah komunitas Muslim yang meskipun tampak luarnya tidak spektakuler dalam pengertian pencapaian-pencapaian material, memiliki pengetahuan agung mengenai Allah dan makna eksistensi.
Contoh paling jelas mengenai fenomena ini adalah Nabi Muhammad Saw. sendiri , yang miskin dan buta huruf, yang wafat tanpa pernah menyusun batu bata untuk mendirikan rumahnya, yang tetap saja diakui sebagai ‘makhluk terbaik’. Penamaan ini bukanlah suatu pujian yang dilebih-lebihkan melainkan sebuah deskripsi akurat, sebab tidak seorang pun dalam sejarah umat manusia pernah atau akan pernah sebijak dan seberadab Muhammad-dan sebagaimana dinyatakan Al Qur’an sendiri, komunitas yang berkumpul di keliling Nabi di Madinah al-Munawwarah adalah komunitas terbaik yang pernah ada ataupun aka nada. Semoga Allah Swt meridhai setiap orang dari mereka.

 Hal 51
Kata ‘Andalus’ dalam bahasa Arab memiliki banyak arti, diantaranya adalah pertama, ‘sesuatu yang terselubung atau tersembunyi’, dan kedua, ‘sesuatu yang tergelincir lantaran licinnya’. Dua arti ini menyiratkan aspek ganda dari sejarah kaum Muslim Andalusia : Beberapa orang dari mereka memiliki pengetahuan mengenai Allah, yang orang-orang lain tidak awas terhadapnya, dan beberapa orang dari mereka memiliki harta karun berkilauan yang tergelincir dari sela-sela jemari mereka.


Hal. 91-93
Mereka yang berjuang untuk mempertahankan atau menerapkan kembali ajaran Islam dalam segala aspeknya kemudian tidak hanya mendapati diri mereka berperang melawan Kristen Trinitarian, tetapi juga melawan saudara-saudara ‘Muslim’ mereka. Sebuah perjuangan yang sia-sia. Mereka mendapatkan diri mereka terjebak di dalam proses kolaps dan pembusukan yang tak dapat diputar mundur kembali. Selama kaum Muslim Andalusia tetap bersatu dalam ajaran Islam mereka, mereka terus berkembang dan meluas. Begitu mereka mulai mengabaikan din Islam dan menjadi terpecah belah, jumlah mereka mulai berkurang, dan orang-orang Kristen mampu memulai urusan pengambilalihan Andalusia.
Selanjutnya, karena perpecahan yang disayangkan yang telah terjadi di antara Barat dan Timur di dalam umat Islam sendiri, tidak ada bantuan dari kaum Muslim di Timur pada masa selanjutnya, perpecahan di dalam umat ini merupakan satu dari factor-faktor fundamental yang menjadi penyebab pembasmian sepenuhnya Islam dari Andalusia, sebab hal ini merupakan kelemahan yang sepenuhnya dimanfaatkan oleh kaum Kristen Trinitarian. Ketika kaum Muslim Andalusia terpecah, bala tentara Gereaj Trinitarian memperoleh tumpuan di negeri itu dan, dibantu oleh orang-orang Kristen yang hidup di wilayah kekuasaan Muslim, yang sebenarnya telah bertambah jumlahnya dan maju kehidupannya akibat pemerintahan Muslim yang amat toleran, cengkraman mereka atas negeri itu tumbuh semakin kuat.
                Dalam menuruti rencana-rencananya, raja Kristen tidak pernah melewatkan momen untuk melakukan serbuan ke negeri-negeri umat Muslim, yang umumnya ia dapati dalam keadaan penuh perselisihan dan pertikaian internal, hal-hal yang mempercepat keruntuhan dan kehancuran mereka sendiri.
                Sesungguhnya, bukan hanya kepala-kepala suku independen pada waktu it uterus –menerus melancarkan perang satu sama lain, tetapi mereka juga tidak jarang menarik keuntungan bagi diri mereka sendiri. Dengan menggunakan bantuan senjata dan bala tentara Kristen, mereka menyerang dan menghancurkan saudara sebangsa mereka serta seagama mereka sendiri, memboroskan hadiah-hadiah mahal dari Alfonso, dan memberikan kepadanya harta karun  sebanyak-banyaknya yang dia inginkan, supaya bisa mendapat uluran tangan darinya dan untuk menjamin keamanan bagi diri mereka sendiri, serta bantuan untuk menghadapi musuh-musuh mereka.
                Orang-orang Kristen, yang melihat kaum Muslim telah jatuh ke dalam kondisi korup sedemikian, menjadi luar biasa gembira ; sebab, pada waktu itu, amat sedikit orang yang memiliki akhlak mulia dan prinsip Islam yang kuat di tangah kaum Muslim, masyarakat umum mulai minum minuman keras dan melakukan segala hal yang berlebih-lebihan. Para pemimpin Andalusia hanya berpikir tentang, tak lain dan tak bukan, soal membelanjakan uang untuk mengundang atau membeli perempuan penyanyi dan budak-budak untuk melayani mereka, mendengarkan music yang mereka bawakan dan melewatkan waktu mereka dalam pesta pora dan kesukariaan, menghabiskan sampai bersih harta Negara yang telah terkumpul di masa lalu, dan menindas rakyat mereka dengan segala bentuk pajak dan pungutan, dan mereka mengirimkan hadiah-hadiah dan persembahan yang mahal kepada Alfonso, serta memohon kepadanya untuk membantu mereka mencapai keinginan-keinginan ambisius mereka.
                Segalanya berlangsung dalam cara ini di tengah para kepala suku Andalusi yang saling bertentangan satu sama lain, hingga kelemahan menguasai orang-orang yang jadi para penakluk di antara mereka, juga orang-orang yang ditaklukkan : dan kehinaan memangsa penyerang, sebagaimana hal itu melumat mereka yang diserang: para jenderal dan kapten tak lagi menunjukkan keberanian mereka; para prajurit menjadi kumpulan pengecut hina; penduduk negeri terjerumus ke dalam penderitaan dan kemiskinan terparah, dan seluruh masyarakat terkorup. Islam, terpisahkan seperti tubuh ditinggalkan jiwa, tak lebih hanya mayat semata.

Hal. 108
Pada malam sebelum pertempuran berlangsung, seorang prajurit Muslim melihat Nabi Muhammad Saw dalam mimpinya. Nabi memberitahu sang prajurit bahwa kaum Muslim akan meraih kemenangan gemilang pada pertempuran esok harinya, serta mengatakan padanya bahwa ia akan meninggal sebagai syuhada dalam pertempuran tersebut. Dengan bahagia prajurit itu menemui Yusuf ibn Tasyfin dan menceritakan mimpinya itu. Setelah itu, ia pun melakukan ghusl (mandi untuk menyucikan diri), mewangikan diri dan menghabiskan sisa malam itu dengan salat dan membaca Al Qur’an sebagai persiapan untuk menyambut kematiannya, dan Surga.  

Hal. 325
Hal yang menarik untuk dicatat dalam konteks ini adalah bahwa dihentikannya Perang Salib melawan kaum Muslim di Timur bertepatan dengan pembukaan jalur pelayaran ke Hindia Timur dan Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan di balik Perang Salib bukanlah semata-mata niat ‘religius’ melainkan juga tujuan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mencapai India, dan bukan hanya untuk menyebarkan agama yang direstui orang-orang Eropa, yaitu Kristen Trinitarian :
                Diharapkan bahwa akan mungkin untuk menggabungkan kekuatan dengan seorang raja Kristen India yang legendaries dan, dengan bantuannya, menaklukkan seluruh dunia. Dalam upayanya untuk mencapai India dengan jalan memutar, Columbus ‘menemukan’ Amerika, kira-kira dua abad setelah kaum Muslim dari Afrika Barat telah datang dan bermukim disana, sementara Vasco da Gama ‘menemukan’ sebuah jalur pelayaran baru menuju India melalui Tanjung Harapan. Secara financial, kedua penemuan ini segera berubah menjadi perjalanan yang amat menguntungkan. Orang-orang Kristen Eropa tidak menemukan raja legendaries mereka, mereka juga tidak berhasil menghabisi Islam, tetapi bersama-sama dengan orang-orang Yahudi Eropa mereka menjajah sebagian besar buminya –termasuk akhirnya Palestina yang berhasil diklaim oleh orang-orang Yahudi Khazar Eropa sebagai ‘tanah air’ mereka yang telah lama hilang, meskipun mereka ini adalah ‘Turkis’ dan bukan ‘Semitis’ dan dalam kenyataannya berasal dari Kaukasus-dan sebagai akibatnya para pemimpin dan pedagang terunggul mereka menjadi amat kaya.

Hal. 329-331
Dinyatakan dengan keras bahwa Inkuisisi Spanyol bukanlah benar-benar representative dari Kristen Trinitarian. Namun demikian, sejarah Katholik Roma sejak mulainya dalam ajaran-ajaran Paulus dari Tarsus hingga surutnya Inkuisisi Spanyol-sebuah periode yang berlangsung sekitar delapa belas abad-amat jelas mengindikasikan bahwa meskipun rationale para Inkuisitor serta pola tingkah laku mereka pastilah tidak meniru ajaran-ajaran dan contoh yang diberikan oleh Nabi ‘Isa As, tindakan-tindakan dan sikap tersebut merupakan cirri khas dari Gereja Resmi Trinitarian di tahun-tahun awal keberadaannya, khususnya selama masa kekuasaan Konstantin dan Theodosius dan yang datang setelahnya, seperti Justinianus dan Theodora.
Dari masa waktu tersebut ke depan, mereka yang mengaku dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan bimbingan ajaran Nabi sekaligus Rasul ‘Isa As. (apakah mereka ini berada dalam kelompok kaum Aria, Donatis atau Paulician) dan mereka yang mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. menjadi bulan-bulanan persekusi para penganut agama Kristen Trinitarian Resmi.   
Tidak ada komunitas yang mengikuti ajaran agama wahyu yang dapat pernah mungkin terbujuk oleh argumentasi rasional untuk mengikuti ajaran Gereja Trinitarian Resmi, yang mempercayai bahwa kekerasan adalah satu-satunya cara persuasi yang efektif. Sejarah Islam di Andalusia telah memperlihatkan dengan jelas bahwa hal itu sama sekali bukanlah suatu yang dapat disebut persuasi.
Semata-mata hanya karena kegagalan telak orang-orang Kristen Trinitarian Eropa untuk mengukuhkan agama resmi di seluruh dunia dengan menggunakan kekerasan, maka Gereja Resmi Trinitarian baik Katholik ataupan Protestan akhirnya terpaksa merasa wajib untuk mencoba dan menegakkan ajaran-ajarannya dengan cara yang lebih mengandung maksud-maksud tersembunyi. Dan, abad ke-20 yang berlangsung sekarang ini telah menyaksikan tindakan-tindakan Kristen Trinitarian dipropagandakan terutama oleh perkakas ekonomi, baik dalam bentuk sanksi ekonomi atau intensif financial dan dengan propaganda yang seiring dengan munculnya berbagai sistem komunikasi media massa, telah sepenuhnya mengambil dimensi yang sama sekali berbeda serta lebih mempunyai daya tembus dan persuasive dibandingkan masa lalu.

Hal. 333
Pada satu sisi, penulis-penulis seperti Socianus mengusahakan sebuah penafsiran ulang yang jujur mengenai apa yang sebenarnya menjadi ajaran ‘Isa As. dan melalui pemakaian gemilang dari daya pikir mereka, mereka coba menegakkan apa yang merupakan sifat sejati Tuhan, dan ‘Isa As. Meskipun buah kegiatan intelektual ini pastilah bersifat mencerahkan, tidak dengan sendirinya ia menyediakan akses untuk kembali kepada jalan kehidupan sehari-hari yang dilakoni ‘Isa As.-dan begitulah gelombang baru Kristen Unitarian yang terinspirasi oleh tulisan-tulisan, inter alia, Socianus lebih bersifat serebral.
Sementara kaum Unitarian awal dalam sejarah Kristen berasal dari Tanah Kudus (Palestina) dan Afrika Utara dan menjadi kaum Unitarian sebab mereka memiliki akses pada ajaran-ajaran asli ‘Isa As, kaum Unitarian terutama sebagai akibat dari penggunaan akal sehat dan pikiran rasional.
Dengan kata lain, sementara kaum Unitarian awal berada dalam kondisi memetik hikmah dari transmisi tingkah laku dan pengetahuan sekaligus, kaum Unitarian belakangan ini tidak lagi mempunyai akses pada kearifan jenis ini, tetapi kurang lebihnya masih dalam kondisi memecahkan berbagai hal kehidupan untuk kepentingan mereka sendiri-kadang-kadang disebabkan oleh dari kurangnya kandungan ajaran tertulis yang masih ada, dan bahkan kadang-kadang masih mengandung konsepsi keliru yang dianut penganut Trinitarian bahwa ‘Isa mati disalib dan kemudian bangkit dari kematian.
Kaum Unitarian yang ada sekarang ini tidak lagi memiliki akses pada ajaran ‘Isa secara keseluruhan, juga kepada cara hidupnya. Keduanya telah hilang sejak lama sekali, dan dalam segala hal telah digantikan oleh perkembangan Islam. Tetapi, mereka melihat apa yang akhirnya menjadi Gereja Trinitarian dan doktrin-doktrinnya, mereka kemudian menyadari bahwa sesuatu telah diyakini dengan amat keliru dan setelah menggunakan daya pikir mereka untuk menafsirkan secara kritis doktrin-doktrin dan praktik-praktik utama dari Trinitarian yang tidak ada darinya berasal dari Yesus-sekurang-kurangnya mereka sampai pada suatu pengakuan intelektual mengenai Tuhan Yang Maha Esa, khususnya begitu mereka telah bernasib baik dan memiliki keberanian untuk menyadari dan mengapresiasi bahwa banyak dari dogma dan praktik-praktik religious yang dikembangkan oleh orang Trinitarian Eropa selama belasan abad, bukan hanya tidak berasal dari ‘Isa, tetapi juga sama sekali tidak masuk akal.
Pengakuan intelektual atas Tuhan Yang Maha Esa yang dialami oleh kaum Kristen Unitarian dari waktu ke waktu-pemahaman mengenai sesuatu kesatuan utuh mengenai semua hal yang ada dan oleh karena itu ada Satu Sebab yang membuat segala yang ada menjadi ada-tidak akan memiliki kedalaman dan kualitas yang sama sebagaimana pemahaman tentang Tuhan Yang Maha Esa yang diberkahi oleh Tuhan kepada mereka yang mengikuti cara hidup dan pola peribadahan dari Ajaran Wahyu yang secara konstan diwujudkan dan diajarkan oleh semua nabi, mulai dari Adam hingga Muhammad-termasuk Ibrahim, Musa dan ‘Isa-semoga berkah dan rahmat Allah atas mereka semua, tetapi pengakuan ini merupakan sebuah karunia bagi mereka yang berasal dari Pencipta mereka.
Sejauh mengenai pengikut-pengikut asli ‘Isa, akses kepada ajaran wahyu yang diabawa ‘Isa telah hilang pada akhir abad ke-7 dengan kedatangan Nabi Muhammad Saw-yang meninggal dunia pada 632 setelah menyampaikan risalah agamanya dan menegakkan cara hidup Islam sebagai suatu realitas sosial yang hidup-yang terakhir dari orang Kristen yang jumlahnya relative amat sedikit yang masih mempunyai akses kepada ajaran-ajaran asli ‘Isa As, mengakui Nabi yang kedatangannya telah diramalkan oleh ‘Isa dan kemudian memeluk Islam.
Sejak saat itulah…satu-satunya cara bagi siapa pun untuk dapat secara actual mengikuti ajaran agama wahyu, dan oleh karenanya sungguh-sungguh memahami ciri dan sifat dari Tuhan Yang Maha Esa adalah dengan menerima Islam dan mengikuti jalan yang ditempuh Muhammad.
Barangkali, penerapan lain dari ‘spirit ilmiah’ yang lebih radikal menyaksikan penolakan yang tulus terhadap agama resmi Kristen Trinitarian, dalam bentuk apapun, dan upaya untuk sampai pada pemahaman hakiki melalui sarana metode-metode empiris observasi dan deduksi.
Usaha ini, secara parsial berhasil dalam studi atas dunia fenomenal yang mengitari kita (mulk) dan secara total tidak berfaedah dalam studi mengenai dunia-dunia yang tidak tampak yang juga sesungguhnya mengitari kita (malakut dan jabarut). Namun, apa yang tidak dapat didekati dan dimengerti dengan menggunakan metodologi ini biasanya diabaikan dan ditolaknya oleh ilmuwan-ilmuwan ‘baru’.
Mungkin satu dari hasil-hasil yang paling celaka dari pendekatan empiris model baru itu terhadap apa yang kemudian dikenal sebagai ‘ilmu alam’ adalah teori Darwin mengenai evolusi yang amat menarik bagi mereka yang hanya mendapati kera saat memandangi diri mereka dalam cermin eksistensi, tetapi teori ini juga merupakan sebuah pengingkaran atas pesan fundamental yang dibawa oleh semua nabi semenjak Nabi Adam kepada umat manusia.
Adalah fundamental bagi manusia dan alamiah baginya untuk mempercayai dan menyembah Satu Tuhan. Sebuah studi sejarah yang tak memihak dan objektif mengungkapkan sebuah pola yang menyangkal Darwinisme dan memperlihatkan seluruh teori evolusi sebagai suatu kekeliruan. Alih-alih menjadi kemajuan mantap yang secara salah digambarkan oleh Darwin dan para pengikutnya, dan yang secara berbahaya dicocokkan dengan seluruh sendi masyarakat teknologi kita di masa sekarang ini, gambaran grafik pada faktanya merupakan salah satu dari serangkaian titik-titik tinggi yang diikuti oleh penurunan secara bertahap.
Hal ini berlaku pada semua aspek eksistensi. Tetapi, khususnya dengan melihat pada kasus manusia, hal ini berarti bahwa alih-alih mulai dengan ketidaktahuan dan sedikit demi sedikit ia memperoleh pengetahuan, dia mulai dengan pengetahuan dan terjerembab ke dalam ketidaktahuan. Jika pengetahuan dianggap sebagai pandangan mekanistik mengenai realitas yang dianut dunia Barat dengan teknologinya yang bertubi-tubi menyertainya, yang semuanya hanya merusak bumi dan merendahkan derajat manusia dan mengasingkan satu sama lain, maka tesis Darwin itu masuk akal. Namun demikian, pengetahuan sejati memiliki sifat yang berbeda, dan pengetahuan inilah yang dimiliki oleh manusia pertama kalinya dan pengetahuan inilah yang makin lama makin berkurang, hingga kini sukar untuk ditemukan.
Penduduk manusia yang pertama kali muncul ke bumi mengetahui bahwa mereka adalah sebuah bagian tak terpisahkan dari Realitas Tunggal yang kehadirannya mereka rasakan di dalam diri mereka sendiri dan di dalam semua hal yang ada di sekitar mereka, dan mereka tahu bagaimana harus bertingkah laku supaya tetap bertahan dalam harmoni dengan diri mereka dan lingkungan mereka. Fokus dari pola tingkah laku ini bukan lain adalah penyembahan terhadap Kekuasaan Tertinggi yang mengagumkan dan Keindahan Kekuatan yang sublime yang telah menyebabkan mereka dan seluruh ciptaan menjadi ada-penyembahan terhadap Tuhan mereka, Tuhan Yang Tunggal. Dari seluruh makhluk, hanya manusia yang mampu mengenali dan mengakui Tuhannya dank arena alasan inilah manusia diciptakan.
Sekarang ini, banyak ilmuwan modern telah mengakui bahwa begitu banyak dari apa yang disebut sebagai pengetahuan dan pembelajaran peradaban Barat sejatinya berasal dari berbagai penemuan yang dilakukan oleh kaum Muslim Andalusia dan Timur Tengah-penemuan-penemuan yang, sepanjang diperhatikan, tidak mengadung kontradiksi apa pun dengan ajaran Islam, dan bagi mereka jelas-jelas mengkonfirmasikan bukan saja eksistensi Sang Pencipta, tetapi juga hakikat keajaiban dari seluruh ciptaan itu sendiri.
Sisa-sisa pengetahuan yang selamat dari pemusnahan Inkuisisi Spanyol, atau yang dipertahankan oleh Gereja Resmi Katholik Roma sebab dinilai berguna, yang merupakan keseluruhan hal yang tersisa dari kaum Muslim Andalusi yang kebudayaannya telah begitu tinggi, secara bertahap diperkenankan untuk ke seluruh Eropa selama abad ke-17, 18, dan 19. Pecahan-pecahan pengetahuan inilah yang membentuk basis bagi banyak sekali teori dan penemuan ilmiah empiris, yang padanya teknologi modern masa kini bersandar. Bahkan teknologi ini dan cara hidup yang tumbuh menyertainya, menyusut menjadi hal sepele saat diperbandingkan dengan derajat peradaban dan kualitas kehidupan yang pernah dimiliki oleh kaum Muslim Andalusia.
Hal yang juga menarik untuk dicatat, seperti yang telah ditegaskan oleh riset yang dilakukan oleh Dr. Maurice Bucaille, sesungguhnya tidak ada kontradiksi antara ‘penemuan-penemuan’ ilmu pengetahuan modern dengan kandungan Al Qur’an yang memiliki deskripsi yang sepenuhnya akurat mengenai dunia fenomenal dan dunia yang tampak.
Al Qur’an melanjutkan dua Wahyu yang mendahuluinya dan tidak hanya bebas dari kontradiksi-kontradiksi dalam narasi-narasinya (sementara tanda berbagai manipulasi manusia dapat ditemukan dalam kitab Injil), tetapi dengan sendirinya membuktikan suatu kualitas tinggi bagi mereka yang mempelajarinya secara objektif dan dalam cahaya ilmu, yaitu kesesuaian yang lengkap dengan data-data sains modern. Yang membuat Al Qur’an menjadi lebih unggul, pernyataan-pernyataan yang terdapat di dalamnya berkoneksi dengan ilmu pengetahuan: dan tetap sama sekali tak dapat dipikirkan bahwa seorang manusia di zaman Muhammad adalah pencipta Kitab ini. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan ilmiah akan membuat kita terbantu dalam memahami ayat-ayat tertentu di dalam Al Qur’an yang, hingga kini, masih mustahil ditafsirkan.







Sebagai penutup, sejarah Islam di Andalusia-dan sesungguhnya pola seluruh sejarah yang mengitari interaksi antara orang-orang yang mengikuti ajaran para Nabi dan Rasul, semoga Allah memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada mereka semua, dan orang-orang yang tidak mau mengikutinya-dengan jelas menunjukkan bahwa ketika orang-orang berhenti mengikuti petunjuk kenabian atau ajaran wahyu, maka mereka hancur dengan sendirinya, baik di tingkat individu ataupun keluarga atau komunitas keluarga atau bangsa komunitas-komunitas atau komunitas Negara-negara. Dalam konteks inilah, sejarah Islam di Andalusia dapat member hikmah, sebab di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas bagi mereka yang mau berpikir.
Masa berlangsungnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Inkuisisi Spanyol adalah hampir enam abad, waktu yang sama panjangnya saai Islam tumbuh subur di Andalusia. Ketika cara hidup yang ditegakkan oleh orang-orang Kristen Trinitarian di dataran itu dibandingkan dengan cara hidup yang dihasilkan oleh kaum Muslim, perbedaan antara keduanya jelas sekali. Di satu sisi, terdapat kehancuran dan kebinasaan yang disebabkan oleh pemaksaan kaku atas agama resmi. Di sisi lain, terdapat sebuah perkembangan cara hidup, yang didasari pada penyembahan terhadap Satu Tuhan, Pencipta seluruh alam, yang menjadikan keberadaan yang damai sebuah realitas selama orang-orang berpegang pada bimbingan yang telah disampaikan melalui Nabi terakhir, Muhammad Saw.
Di satu sisi, orang menghancurkan dan membinasakan ‘atas nama Tuhan’. Di sisi lain, orang merayakan kegemilangan hidup ‘atas nama Tuhan’. Yang satu membawa kematian. Yang lainnya membawa kehidupan.
Semua orang yang ikhlas dalam kepatuhan dan ibadahnya kepada Tuhan akan memetik manfaatnya dalam kehidupan mereka dan dalam kematiannya. Siapa saja yang mati syahid akan masuk surga. Semua orang yang mengingkari Tuhannya tidak akan mendapatkan kedamaian. Siapa pun yang membunuh seorang hamba Allah tanpa sebab yang adil akan masuk neraka yang menyala-nyala. Bagaimanapun keadaan atau situasi di mana manusia ditempatkan, dalam keadaan teramat sulit ataupun mudah, setiap individu dalam setiap waktu kehidupannya, senantiasa memiliki kemungkinan untuk bertindak dalam cara yang diridhai ataupun tidak diridhai oleh Allah. Bagi sebagian orang, kehidupan adalah gerbang menuju neraka. Dan bagi bagi sebagian lainnya, kehidupan adalah gerbang menuju surga. Dan bagi beberapa orang, kehidupan adalah gerbang menuju surga di dalam surga. Pilihan-pilihan ini tersedia bagi setiap orang kapan saja dan di mana saja mereka berada-Allah Maha Mengetahui.
Sebagaimana terungkap dari sejarah mengenai mereka yang mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, terbukti behwa tidak pernah mungkin untuk sepenuhnya membasmi ajaran wahyu dari dunia ini. Di luar semua kerusakan yang dibawanya, persekusi merupakan sebuah alat yang menjadikan para pengikut agama wahyu ini secara cepat menyebar ke negeri-negeri lain di seluruh dunia. Meskipun ajaran wahyu yang dibawa oleh ‘Isa As. akhirnya terdistorsi dan sama sekali rusak dalam proses penyebarannya, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, yang datang setelah ‘Isa untuk mempernarui dan melengkapi tradisi pewahyuan ini, tetap utuh dan hidup serta dapat diikuti.
Dewasa ini, umat Muslim di Andalusia kembali ada, dan jumlah mereka tengah berkembang. Salah satu arti Andalus dalam bahasa Arab adalah ‘menjadi hijau di akhir musim panas’-dan insya Allah musim panas kering yang panjang yang berlangsung selama lima abad terakhir di Eropa tengah menuju akhirnya.

                Kehidupan berjalan terus-tak seorang pun dapat menghentikannya!
            Tak ada tuhan selain Allah
            Nabi Muhammad Rasul Allah