Sabtu, 15 Juni 2013

bukannya aku tidak tahu



Bukannya aku tidak tahu, pak…
Bila sayuran yang telah berbau asam, tandanya sudah mulai rusak dan tidak layak.
Namun bila tidak aku makan, perut ku yang kecil ini akan protes.
Biarlah, apa yang terjadi nanti..
Aku hanya ingin tetap bertahan menatap matahari terbenam senja.

Bukannya aku tidak tahu, bang..
Ban yang telah kempes itu berarti bocor dan harus ditambal.
Tapi receh di kantong celana ku berteriak untuk hanya menambah angin.
Walau mungkin itu hanya bertahan beberapa meter.

Sekalipun begini, ibu ku tidak pernah mengajari ku untuk menjual diri ku dengan perbuatan buruk.
Entah dalam keadaan lapar yang melilit di tengah malam atau tengah siang.
Aku tidak berniat untuk menyalahkan keadaan dengan mengambil milik orang lain.
Aku hanya berharap, kemuliaan dari yang menciptakan aku di bumi.
Bukan mengemis pada manusia lain yang juga tidak lebih baik keadaannya.

Tapi yang benar-benar yang baru ku tahu adalah ternyata, seorang yang menyebalkan hari-hari ku mengidap gangguan mental.
Anak itu dengan tanpa rasa malunya memanggil semua teman sekelas sekenanya.
Mengumbar kegilaan dengan ucapan sayang terus-menerus.
Ah, anak itu pernah dipukul guru kelasnya yang kemudian menggejala pada syaraf otaknya.
Jadilah ia anak yang hampir tuna grahita, artinya memang keterbelakangan pada kecerdasan sosialnya.
Masih saja, tangan bicara…
Padahal otak kita akan tajam dengan kata-kata yang baik.
Ya cukup kata-kata yang baik.
Kata-kata yang buruk apalagi dengan bumbu pukulan justru menumpulkan otak.

Bagaimana masa depan anak itu nanti??
Pernahkah kita memikirkan buah yang kita tanam hari ini?
Masalah hanya akan selesai dengan duduk bersama dan membuka hati untuk dapat saling mengerti dan memahami, kemudian akan dapat saling menolong.

Anak-anak  adalah bintang, menyinari hari kita dengan kerlip karyanya..
Mengubah dunia kita lebih gempita…

Kebutuhan anak tidak sebatas pada makanan, pakaian dan tempat tinggal di lingkungan yang baik.
Hati dan akalnya diberi asupan untuk dapat berperan menjadi manusia.
Saat mata ini menangkap sebuah paradox.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar