bismillahirrohmanirrohim
Tulisan ini dedikasikan semua anak di dunia yang indah
dengan senyum kalian...
Alhamdulillah,
Ar-Rohman dan Al-Mulk Rabb semesta alam yang menjadikan perjalanan ikhlas ini
memiliki arti. Salam dan solawat untuk Rasulullah Muhammad Saw, bapak para anak-anak
di seluruh dunia yang terlahir tanpa ayah atau ibu. Beliau menghadiahi kita
kebersamaan di surga untuk para pecinta anak-anak spesial. Abah dan ibu yang
memberi kesempatan mengajarkan aku untuk belajar bagaimana menjadi seorang
anak. Fiki, Dian dan Vivi, ketiga adik ku yang luar biasa membuat ku bangga
mencintai kalian sebagai kakak. Semua orang yang sempat hadir dalam tiap detik
hidupku untuk mengajarkan arti dan bagaimana hidup, terima kasih atas semua
cinta dan persahabatan. Dewi Susilowati, Fatimah Azzahra, Lily Retno dan
Rebecca Stephanie yang menjadikan aku semangat dan punya arti untuk membangun
kerajaan Al-Khonsa sebagai rumah anak-anak bibit mujahidin. Segenap
cinta dari jingga yang mewarnai biru ku. Terima kasih telah memilih ku dan
melengkapi cerita ku. Semoga tulisan
kecil ini membuat kita semakin mencintai anak-anak penghias dunia sebagai jalan
menuju pengabdian pada Pencipta. Anak-anak menjadikan dirinya bintang di dunia
tanpa harus menyalahkan angin dan kabut. Tanpa anak-anak, dunia akan sepi tak
bermakna.
Mungkin hampir
tak pernah kita bertanya, “apa dirimu bahagia menjadi anak ku?”. Anak-anak
terlahir bagai kertas putih yang membawa masing-masing keunikannya. Tak bisa
dibandingkan apalagi disamakan dengan anak lain. Keberadaannya menjadi bintang
biru di hati yang menyinari langkah hidup yang penuh dengan kejutan. Banyak
anak kini kehilangan peran orang tua secara fisik dan psikis. Secara fisik,
bisa jadi karena Allah mengambil waktunya hidup. Namun tak sedikit para orang
tua menabur “benihnya” tanpa memikirkan nasib anak yang ditinggalkan. Entah
alasan ekonomi atau apapun, anak tak kuat menanggung “hukuman” kesulitan orang
tua menjalani hidup. Peran anak adalah menjadi anak-anak yang berani tegar
bermimpi dan mewujudkannya untuk menjadi pengabdi Penciptanya. Bila kehilangan
peran orang tua secara psikis adalah “hukuman” terberat pada anak yang memiliki
orang tua namun sulit disentuh waktunya. Sedang disisi lain, anak punya
kewajiban menghormati orang tua yang belum sempat mengajarkan bagaimana
kewajiban orang tuanya.
Hak anak tak
sebatas nafkah materi, namun juga pendidikan. Yang menjadikan anak mampu
melewati hidup dengan bertanggung jawab pada pilihan-pilihannya. Keluarga
menjadi institusi pendidikan terkecil dan pertama untuk anak. Maka tentu para
calon ayah dan calon ibu harus belajar menjadi orang tua jauh sebelum
memutuskan untuk menjadi orang tua. Menjadi orang tua adalah karir terlama
dalam rentang umur kita. Namun tak banyak yang menyadari pentingnya sekolah
untuk orang tua. Mungkin bisa dimaklumi, masih sedikit orang tua yang sukses
berkarir menjadi orang tua. Sebab menjadi orang tua tanpa gelar yang bisa
disiapkan. Orang tua biologis dan ideologis adalah peran maha karya yang tak
terlalu mendapat penghargaan, nobel ataupun sertifikat. Pembelajaran seumur
hidup, belajar dari apa yang kita lihat dan dengar di sekitar kita.
Dalam
perjalanan ini, melihat dan mendengar bagaimana anak-anak berjuang mencari
dirinya di tengah arus jaman yang makin membuat samar. Seorang anak membutuhkan
teman yang dapat dijadikan teladan dan penuntun menghadapi hidup. Teladan
pertama itu adalah orang tua, sayangnya kini orang tua berubah menjadi sekotak
layar berwarna yang banyak mengajari hidup yang semu. Mengidolakan orang-orang
yang tak patut diteladani moralnya.
Tingginya
tingkat kehamilan tidak diinginkan juga membuat masa depan pemuda sekarang
hanya sibuk mengurus hal-hal yang tidak produktif. Anak tak mengerti apapun
namun harus menghadapi kenyataan terbuang oleh lingkungan yang tidak mengharap kehadirannya. Setitik
harap untuk tidak mencaci kegelapan terus, tulisan ini mengharap untuk semua
anak dapat memperjuangkan kemuliaan kehidupannya sebagaimanapun latar belakang
yang mewarnai. Sebab semua anak berhak atas kehidupannya dan kebahagiaannya.
Sejak dini
kita mewarnai kebaikan di tiap hati anak J
Detik belajar memaknai kesalahan. Khilda Maulidiah