Aku merasakan sepi,
sendiri... bila saat itu aku melupakanNya. Aku lupa jika Dia, Maha Melihat
tulisan dari hati ku. Aku lupa jika Dia, Maha Mendengar senandung pinta yang
selalu ku iringi dalam tiap peluh. Potongan-potongan sejarah yang ku tanam
kemarin, akan ku tuai. Jika bibit sejarah itu berkualitas, tentu akan ku tuai
buah yang amat baik. Begitu juga sebaliknya. Dia selalu mendampingi ku, hanya
saja aku yang tak merasakan kehadiranNya. Seperti seorang yang tak mampu melihat,
namun begitu diperhatikan sahabatnya ketika melangkah. Ketidakmampuan ku
melihatNya karena jelaga yang memenuhi hati ini dengan titik-titik kesalahan.
Aku masih sangat panik jika baju putih ku ternoda, walau hanya setitik. Tapi
tidak sama halnya dengan hati ku, aku merasa tak perlu panik. Karena hati
terletak di dalam rongga tubuh yang dijaga dengan baik. Aku pun menganggap tak
akan ada yang tampak dengan titik noda di hati ku. Aku lupa lagi, jika apa yang
kita tampilkan adalah cermin hati. Yang kita lakukan menjadi tuntunan dan
teladan untuk orang yang melihat. Tanpa kita sadari kesalahan karena kekhilafan
itu menjadi pembenaran untuk orang lain melakukan hal yang sama. Kita tak punya
kekuasaan apapun atas hidup kita. Hanya berusaha menjaga hati yang mampu kita
lakukan. Menjaga agar hati tetap keadaannya, sesuai titipanNya. Tak retak
sedikit pun. Kita nanti kembalikan dalam keadaan terbaik. Mustahil kita
menaklukan dunia, bila ternyata hati kita saja tak mampu kita taklukan dengan
menyenangi kebaikan.
Hati pun mudah luka
dan robek, hanya buru-buru menanti datangnya pelangi. Aku lupa, jika pelangi
berpendar sesaat setelah langit mencurahkan air mata hujan. Yang bisa saja
diiringi badai dan petir. Proses ini menjadikan keberadaan pelangi itu semakin
indah. Tentu
hikmah adalah mutiara di dasar laut. Kita perlu menyelam yang dalam untuk
menemukan rumah mutiara tumbuh. Lalu kita berusaha lagi mengetuk rumah mutiara
itu untuk bisa menikmati indahnya. Tak banyak orang bertahan menyelam hingga ke
dasar. Aku mencoba kembali berdiri, meyakini bahwa aku
diciptakan lebih hebat daripada keadaan. Sehingga aku bisa mengatasi segala
keadaan yang ada. Setiap detik akan mendewasakan hati, dan karena aku hadir
sebagai pemenang kehidupan. Melupakan Maha Pencipta adalah kesalahan terbesar
bagi hati. Berhati-hatilah dengan hati.
Tepi
kota, sudut hati menahan terik.